Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. (Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menumbuhkan Siswa Butuh Belajar, Bukan Wajib Belajar

4 Juni 2024   10:15 Diperbarui: 5 Juni 2024   07:32 655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siswa akan lebih termotivasi untuk belajar jika materi yang dipelajari relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Guru harus mampu mengaitkan materi pelajaran dengan konteks nyata yang familiar bagi siswa. 

Sebagai contoh, dalam pembelajaran matematika, guru bisa menggunakan contoh-contoh yang diambil dari situasi sehari-hari, seperti perhitungan anggaran belanja rumah tangga atau perencanaan perjalanan.

Pendekatan Pembelajaran yang Variatif

Sekolah juga perlu menerapkan berbagai pendekatan pembelajaran yang variatif untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa. Pembelajaran yang variatif dapat meliputi penggunaan media dan teknologi, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran kolaboratif, serta metode eksperimen dan penelitian. Dengan pendekatan yang variatif, siswa akan merasa lebih tertantang dan termotivasi untuk belajar.

Guru sebagai Fasilitator

Dalam paradigma "siswa butuh belajar", guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi utama, melainkan sebagai fasilitator yang membantu siswa menemukan informasi dan pengetahuan sendiri. 

Guru perlu memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan yang dibutuhkan oleh siswa dalam proses belajar. Peran guru sebagai fasilitator ini akan membantu siswa menjadi pembelajar yang mandiri dan kritis.

Korelasi dengan Kurikulum Merdeka

Prinsip Dasar Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka merupakan inisiatif pemerintah Indonesia untuk memberikan kebebasan lebih besar kepada sekolah dan guru dalam menyusun kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa. Kurikulum ini menekankan pada pembelajaran yang holistik, berpusat pada siswa, dan relevan dengan konteks lokal.

Fleksibilitas dalam Pembelajaran

Salah satu elemen penting dari Kurikulum Merdeka adalah fleksibilitas dalam pembelajaran. Sekolah dan guru diberi kebebasan untuk merancang kurikulum yang adaptif terhadap kebutuhan siswa. 

Fleksibilitas ini memungkinkan guru untuk menggunakan pendekatan pembelajaran yang lebih variatif dan kontekstual, sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa akan merasa bahwa belajar adalah sesuatu yang dibutuhkan dan diinginkan, bukan sekadar kewajiban.

Pengembangan Kompetensi Dasar dan Karakter

Kurikulum Merdeka juga menekankan pada pengembangan kompetensi dasar dan karakter siswa. Pembelajaran tidak hanya difokuskan pada penguasaan materi akademik, tetapi juga pada pengembangan keterampilan hidup, nilai-nilai moral, dan karakter. Dengan fokus yang lebih luas ini, siswa akan merasa bahwa pembelajaran yang mereka jalani memiliki makna dan relevansi yang lebih besar bagi kehidupan mereka.

Pendekatan Proyek dan Pembelajaran Berbasis Masalah

Pendekatan proyek dan pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) yang diusung oleh Kurikulum Merdeka juga sejalan dengan konsep "siswa butuh belajar". 

Dalam pendekatan ini, siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah nyata yang ada di sekitar mereka dan mencari solusi melalui proyek yang mereka kerjakan secara kolaboratif. Proses ini tidak hanya meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa, tetapi juga memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata dan bermakna.

Implementasi di Sekolah

Pelatihan Guru dan Pengembangan Profesional

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun