Melansir dari lm.psikologi.ugm.ac.id, Beban student loan rawan menyebabkan stress proliferation, yakni stres finansial yang dapat memicu respons stres di aspek perkembangan lainnya serta memiliki efek berkelanjutan (Walsemann dkk., 2015)
Student loan adalah pinjaman yang diberikan kepada mahasiswa untuk membiayai pendidikan tinggi mereka, termasuk biaya kuliah, buku, dan biaya hidup. Pinjaman ini biasanya harus dilunasi setelah mahasiswa lulus, dengan tambahan bunga yang dikenakan selama periode pembayaran. Dalam sistem pendidikan tinggi saat ini, student loan memegang peran penting karena memungkinkan akses yang lebih luas ke pendidikan bagi individu yang mungkin tidak memiliki sumber daya finansial yang cukup. Namun, meskipun bermanfaat, kebijakan student loan memiliki sejumlah dampak negatif, terutama terkait dengan proliferasi stres. Beban utang yang besar dan bunga yang terus bertambah dapat menyebabkan stres finansial yang signifikan, mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan emosional mahasiswa dan lulusan. Kebijakan ini sering kali mengakibatkan penundaan dalam mencapai tujuan hidup penting, seperti membeli rumah atau memulai keluarga, serta membatasi peluang karier. Oleh karena itu, penting untuk memahami bagaimana kebijakan ini mempengaruhi kesejahteraan individu dan mencari solusi yang dapat meringankan beban tersebut.
Apa itu Stress Proliferation?
Stress proliferation adalah konsep yang menggambarkan bagaimana stres awal dapat memicu serangkaian stres tambahan, menciptakan efek domino yang memperburuk situasi individu secara keseluruhan. Dalam kehidupan sehari-hari, stress proliferation dapat terlihat ketika seseorang yang kehilangan pekerjaan (stres awal) mulai menghadapi masalah keuangan, yang kemudian menyebabkan ketegangan dalam hubungan keluarga dan akhirnya mempengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka. Dalam konteks pinjaman mahasiswa, stress proliferation menjadi masalah yang signifikan. Beban utang yang besar (stres awal) dapat menyebabkan kekhawatiran terus-menerus tentang kemampuan untuk membayar kembali pinjaman tersebut. Kekhawatiran ini dapat mengakibatkan gangguan tidur, penurunan produktivitas, dan masalah kesehatan mental lainnya, yang pada gilirannya mempengaruhi kinerja akademik dan prospek karier mahasiswa. Ketika mahasiswa atau lulusan harus menunda tujuan hidup penting seperti membeli rumah atau memulai keluarga karena beban utang, stress proliferation ini memperdalam dampak negatif pinjaman mahasiswa, membuat kesejahteraan mereka semakin terancam.
Dampak Finansial Student Loan
Dampak finansial dari student loan dapat sangat membebani mahasiswa dan lulusan, terutama karena beban utang yang besar dan akumulasi bunga pinjaman. Data dan statistik menunjukkan bahwa jumlah utang mahasiswa rata-rata terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut survei yang dilakukan oleh Federal Reserve, pada tahun 2019, total utang mahasiswa di Amerika Serikat mencapai lebih dari $1.6 triliun.
Beban utang yang besar ini memiliki dampak yang signifikan terhadap penghasilan dan pengeluaran lulusan. Banyak lulusan harus mengalokasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk membayar kembali pinjaman, menyebabkan kurangnya dana yang tersedia untuk menabung, berinvestasi, atau memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Akibatnya, banyak dari mereka yang mengalami kesulitan dalam mencapai stabilitas keuangan dan mencapai tujuan-tujuan keuangan mereka.
Selain beban utang pokok, bunga pinjaman juga menjadi faktor penting dalam menentukan total utang yang harus dibayar. Bunga ini dapat menyebabkan akumulasi utang yang signifikan dari waktu ke waktu. Misalnya, seorang mahasiswa yang mengambil pinjaman sebesar $30,000 dengan suku bunga 6% dan jangka waktu pembayaran 10 tahun akan membayar lebih dari $9,000 tambahan hanya untuk bunga selama masa pembayaran.
Beban utang mahasiswa bukan hanya angka statistik, tetapi juga memiliki konsekuensi nyata yang dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari dan masa depan keuangan individu.
Dampak Psikologis dan Kesehatan Mental
Dampak psikologis dan kesehatan mental dari student loan dapat menjadi sangat serius dan mempengaruhi kesejahteraan individu secara keseluruhan. Beban utang yang besar seringkali menjadi sumber stres dan kecemasan yang signifikan bagi mahasiswa dan lulusan. Ketidakpastian tentang kemampuan untuk melunasi pinjaman, tekanan untuk mencari pekerjaan yang menghasilkan pendapatan yang cukup, dan kekhawatiran tentang akumulasi bunga pinjaman semuanya dapat menyebabkan tingkat stres yang tinggi.
Penelitian dan survei telah menunjukkan hubungan yang kuat antara utang mahasiswa dan masalah kesehatan mental. Misalnya, studi yang dilakukan oleh American Psychological Association menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki utang mahasiswa cenderung mengalami tingkat kecemasan dan depresi yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki utang.
Dampak jangka panjang dari stres finansial dan kecemasan terhadap kesejahteraan emosional dapat sangat merugikan. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan mood, kelelahan kronis, dan bahkan masalah kesehatan fisik seperti gangguan tidur atau gangguan pencernaan. Selain itu, beban utang mahasiswa juga dapat mempengaruhi hubungan interpersonal dan kehidupan sosial seseorang. Rasa stres yang konstan dapat membuat seseorang menarik diri dari hubungan sosial atau mengalami konflik dengan orang-orang terdekat mereka, yang pada gilirannya memperburuk isolasi sosial dan kecemasan.
Kesehatan mental yang buruk dapat berdampak pada banyak aspek kehidupan seseorang, termasuk performa akademik, produktivitas di tempat kerja, dan kualitas hubungan personal. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa dampak student loan tidak hanya terbatas pada aspek finansial, tetapi juga memiliki konsekuensi yang serius terhadap kesejahteraan mental individu.
Pengaruh Terhadap Tujuan Hidup
Pengaruh student loan terhadap tujuan hidup individu dapat sangat signifikan, seringkali menyebabkan penundaan dalam mencapai pencapaian-pencapaian penting seperti membeli rumah, menikah, atau memulai keluarga. Beban utang yang besar dapat menjadi penghalang dalam mencapai tujuan-tujuan ini karena membatasi kemampuan individu untuk mengalokasikan sumber daya finansial mereka dengan bebas. Sebagai contoh, banyak lulusan yang memiliki utang mahasiswa cenderung menunda pembelian rumah karena keterbatasan dana untuk membayar uang muka atau untuk membayar cicilan bulanan.
Studi dan statistik menunjukkan bahwa penundaan tujuan hidup seperti pembelian rumah, pernikahan, atau memulai keluarga telah menjadi tren yang semakin umum di kalangan lulusan yang memiliki utang mahasiswa di AS. Menurut Federal Reserve, sekitar 30% dari lulusan perguruan tinggi yang memiliki utang mahasiswa melaporkan bahwa utang mereka telah menunda pembelian rumah.
Selain itu, student loan juga dapat menjadi penghambat karier bagi individu. Beban utang yang besar dapat membatasi pilihan karier karena mendorong lulusan untuk mencari pekerjaan yang memberikan gaji yang lebih tinggi, bahkan jika pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan minat atau keahlian mereka. Selain itu, utang mahasiswa juga dapat mempengaruhi mobilitas pekerjaan, karena lulusan mungkin enggan atau tidak mampu untuk mengambil risiko dengan mencari pekerjaan baru atau pindah ke lokasi yang lebih baik secara ekonomi.
Kisah sukses yang tertunda juga sering kali menjadi dampak dari beban utang mahasiswa. Banyak individu yang memiliki impian atau ambisi tertentu yang tertunda karena keterbatasan finansial yang disebabkan oleh pembayaran utang. Misalnya, seseorang yang bermimpi untuk memulai bisnisnya sendiri mungkin harus menunda rencana tersebut karena harus fokus pada pembayaran utang yang menumpuk. Ini adalah contoh bagaimana beban utang mahasiswa tidak hanya memengaruhi keputusan keuangan sehari-hari, tetapi juga dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan karier jangka panjang individu.
Kesimpulannya, kebijakan student loan mungkin dapat memberikan akses ke pendidikan tinggi, tetapi tidak menutup kemungkinan juga memiliki dampak negatif yang signifikan, terutama terkait dengan stres finansial, kesehatan mental, dan penundaan pencapaian tujuan hidup. Penting bagi pemerintah, lembaga keuangan, dan lembaga pendidikan untuk bekerja sama dalam menelaah dengan lebih berhati-hati guna meningkatkan kesejahteraan finansial dan mental mahasiswa dan lulusan di masa depan. Jangan sampai kita mengulang masalah yang sudah terjadi di negara AS yang konon katanya sudah lebih maju dari negara kita.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI