Menurut Ki Hajar Dewantara, anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratnya yang unik. Seperti filosofi padi, tidak mungkin pendidik mengubah padi menjadi jagung atau sebaliknya.
Mendidik tidak hanya berbentuk pengajaran yang memberikan pengetahuan kepada murid tetapi juga mendidik keterampilan berpikir, mengembangkan kecerdasarn batin.
Pendidikan pikiran (intelektual) murid sebaiknya dibangun setinggi-tingginya, seluas-luasnya dan selebar-lebarnya untuk mewujudkan perikehidupan lahir dan batin dengan baik-baiknya.
Setiap murid memiliki kekuatan-kekuatan yang memerlukan “tuntutan” orang dewasa. Jadi guru berperan menebalkan potensi baiknya dan menipiskan/menghapus potensi buruknya.
Kesimpulannya, dalam konsep pendidikan yang memerdekakan menurut filosofi Ki Hajar Dewantara, anak bukanlah "tabula rasa" yang pasif, tetapi individu yang aktif, berpotensi, dan memiliki warisan budaya yang kaya.
Melalui penghormatan terhadap keunikan setiap anak dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pengalaman dan interaksi, pendidikan dapat menjadi sarana untuk membebaskan potensi anak dan membangun masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan.
Oleh: Krisanti_kazan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H