Psikologi KetakutanÂ
Mengapa Kita Suka Takut dan Bagaimana Ketakutan Memperkuat Hubungan Sosial?
Di balik teriakan panik dan jantung berdebar cepat saat berhadapan dengan kegelapan, terletak fenomena menarik yang disebut "psikologi ketakutan." Penelitian terbaru dari University of Minnesota di rumah hantu Onionhead's Revenge, yang berlokasi di Mall of America, mengungkap bahwa banyak orang sengaja memilih untuk menakuti diri sendiri di tempat menyeramkan.Â
Pertanyaannya adalah: apa yang membuat kita menikmati rasa takut, dan mengapa ketakutan justru meningkatkan hubungan sosial kita?
 Apa Itu Psikologi Ketakutan?
Psikologi ketakutan adalah cabang studi yang meneliti bagaimana ketakutan terbentuk, bagaimana ia memengaruhi emosi kita, serta cara kita merespon ketakutan itu. Dalam konteks tempat wisata horor, psikologi ketakutan menggambarkan mengapa orang memilih untuk menikmati pengalaman menakutkan secara sadar dan bagaimana ini memengaruhi hubungan mereka dengan orang lain.Â
Ketakutan sendiri bukan hanya insting bertahan hidup---di mana tubuh kita secara otomatis bereaksi terhadap ancaman---tetapi juga bisa menjadi sesuatu yang diinginkan, bahkan menyenangkan, bagi sebagian orang.
Mengapa Ketakutan Dijadikan Topik Penelitian?
Studi ini menggali pertanyaan fundamental tentang bagaimana ketakutan mempengaruhi manusia, terutama dalam konteks rekreasi. Jika biasanya ketakutan diasosiasikan dengan pengalaman yang negatif, mengapa justru banyak orang sengaja mencari sensasi ketakutan?Â
Motivasi peneliti adalah untuk memahami bagaimana ketakutan yang dikendalikan, seperti di rumah hantu, memiliki efek yang berbeda dari ketakutan yang tak terkendali.
Penelitian ini tidak hanya relevan dalam konteks hiburan atau tempat wisata seperti rumah hantu, tetapi juga dalam situasi-situasi sosial dan psikologis yang lebih luas. Sebagai contoh, pemahaman mengenai ketakutan yang terukur dapat berguna dalam terapi untuk mengatasi trauma, fobia, dan bahkan dalam strategi pembelajaran dan pelatihan yang memerlukan pengelolaan ketakutan atau kecemasan.
Apa yang Diungkapkan oleh Penelitian?
Dalam studi yang dilakukan di rumah hantu Onionhead's Revenge, para peneliti menemukan bahwa pengalaman ketakutan ternyata menghasilkan bonding atau ikatan sosial yang lebih kuat. Ketika orang-orang merasa takut bersama-sama, mereka cenderung mencari dukungan dan kehadiran orang lain sebagai respons alami untuk mengurangi ketakutan tersebut.Â
Hal ini memicu pelepasan hormon oksitosin, yang dikenal sebagai "hormon cinta" atau hormon yang memperkuat hubungan sosial.
Pelepasan oksitosin ini mungkin adalah alasan mengapa pasangan atau teman cenderung merasa lebih dekat setelah melalui pengalaman menakutkan bersama-sama.
 Ketakutan, yang pada awalnya merupakan respons defensif, berubah menjadi alat sosial yang mempererat hubungan. Ini adalah salah satu alasan mengapa banyak orang mencari pengalaman seperti rumah hantu atau film horor untuk dinikmati bersama orang terdekat.
Teori, Hipotesis, dan Asumsi yang Mendasari
Penelitian ini dibangun di atas teori emosi dan respons psikologis terhadap ketakutan yang terkendali. Ada beberapa hipotesis yang bisa diuji dalam konteks ini:
1. Teori Emosi dan Oksitosin
Ketika kita merasa takut, tubuh kita melepaskan oksitosin sebagai mekanisme untuk mengatasi stres, dan oksitosin meningkatkan keinginan untuk berinteraksi atau terhubung dengan orang lain.
 Â
2. Hipotesis Respons Sosial Terhadap Ketakutan
Pengalaman ketakutan yang terkendali dapat meningkatkan ikatan sosial di antara individu yang terlibat karena adanya perasaan "senasib."
3. Asumsi Ketakutan yang Terkendali Sebagai Bentuk Hiburan
Manusia dapat menikmati ketakutan karena dalam situasi tertentu, otak mengenali bahwa ancaman yang dirasakan sebenarnya aman, memungkinkan kita mengalami "thrill" tanpa risiko nyata.
Manfaat dan Penerapan Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat diterapkan dalam berbagai bidang. Berikut adalah beberapa kemungkinan penerapannya:
- Dalam Dunia Hiburan
Industri hiburan, seperti rumah hantu, taman rekreasi, dan bioskop horor, dapat mengemas pengalaman mereka untuk mendukung bonding di antara pengunjung, baik itu pasangan, keluarga, maupun kelompok teman.
- Dalam Terapi Psikologis
Pemahaman tentang ketakutan yang terkendali dapat membantu terapis dalam merancang terapi yang mengatasi fobia atau trauma. Dengan menciptakan kondisi "aman" di mana klien dapat menghadapi ketakutan mereka dalam situasi yang terkendali, mungkin bisa dihasilkan pendekatan yang lebih efektif dalam menangani gangguan kecemasan.
- Dalam Pendidikan dan Pelatihan
Ketakutan juga bisa menjadi alat yang efektif untuk memfasilitasi pembelajaran. Misalnya, pelatihan militer atau simulasi keadaan darurat menggunakan unsur ketakutan untuk membangun kesiapan mental dan kedisiplinan peserta dalam menghadapi ancaman nyata.
Penelitian Terdahulu dan Dasar Teori
Penelitian tentang psikologi ketakutan bukanlah hal baru. Studi terdahulu menunjukkan bahwa ketakutan dapat diubah menjadi perasaan positif dalam konteks yang terkendali.Â
Teori-teori seperti "Yerkes-Dodson Law" menyatakan bahwa ada tingkat stres optimal di mana performa seseorang berada pada puncaknya. Ketakutan yang terkendali bisa berada di titik optimal ini, sehingga menimbulkan perasaan puas dan bahkan bahagia setelah melewatinya.
Penelitian ini juga mengacu pada teori "Social Bonding" yang menyatakan bahwa pengalaman emosional yang kuat cenderung meningkatkan ikatan antar individu. Ketakutan adalah salah satu emosi yang paling kuat, dan ketika dialami bersama, ia memperkuat hubungan sosial.
Mengapa Memahami Ketakutan itu Penting?
Mempelajari psikologi ketakutan memberi kita wawasan mendalam tentang bagaimana emosi yang tampak negatif dapat diubah menjadi sesuatu yang positif, bahkan menyenangkan. Dengan memahami dinamika ketakutan yang terkendali, kita bisa lebih memahami cara manusia mencari sensasi, mempererat hubungan, dan mengatasi tantangan psikologis.
Masyarakat modern semakin terbiasa dengan hiburan yang intens, mulai dari film horor hingga olahraga ekstrem. Kesadaran bahwa ketakutan bisa menjadi alat untuk bonding sosial membawa kita pada pemahaman baru tentang dinamika emosional dan interaksi sosial. Bukan tidak mungkin di masa depan, pendekatan berbasis ketakutan ini akan digunakan dalam berbagai bidang, termasuk kesehatan mental dan pembelajaran.
Menghadapi Ketakutan dengan Perspektif Baru
Ketakutan, ternyata, bukan hanya tentang lari atau sembunyi; ketakutan bisa menjadi alat yang mendekatkan. Dengan memahami bahwa ketakutan dalam dosis yang tepat mampu membawa kepuasan dan mempererat hubungan, mungkin sudah saatnya kita merangkul ketakutan sebagai bagian dari kehidupan sosial dan emosional kita. (KH.)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI