Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersyukur, di Tengah Dunia Penuh Kekacauan

23 Oktober 2024   06:31 Diperbarui: 23 Oktober 2024   06:33 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Mengapa Bersyukur Menjadi Penting di Era Kekacauan?

Saat ini, dunia terasa semakin kacau. Pandemi global, perubahan iklim, ketidakstabilan politik, dan berbagai konflik telah menciptakan suasana yang penuh ketidakpastian. Namun, justru di saat-saat seperti ini, bersyukur menjadi lebih penting daripada sebelumnya.

Saat kita terlalu fokus pada berita buruk, otak kita terprogram untuk melihat dunia sebagai tempat yang berbahaya. Ketakutan dan kecemasan pun meningkat, menyebabkan depresi dan stres. Bersyukur membantu kita menyeimbangkan perspektif, mengingatkan bahwa meski dunia penuh tantangan, masih ada banyak hal yang patut disyukuri---mulai dari hal kecil seperti matahari yang terbit setiap pagi hingga kasih sayang dari orang-orang terdekat.

Ini adalah "mental shield" yang melindungi kita dari pengaruh buruk dunia luar. Anak-anak yang diajarkan untuk bersyukur juga akan memiliki ketahanan emosional yang lebih kuat, karena mereka belajar untuk fokus pada hal-hal positif dalam hidup mereka daripada terjebak dalam pusaran kecemasan.

4. Bagaimana Mengajarkan Rasa Syukur kepada Anak-Anak?

Mengajarkan rasa syukur kepada anak-anak tidak harus menjadi tugas yang berat. Ada beberapa langkah praktis yang bisa dilakukan oleh orang tua atau guru dalam membangun kebiasaan bersyukur:

- Buat Jurnal Syukur: Ajak anak-anak untuk menulis tiga hal yang mereka syukuri setiap hari. Ini bisa berupa hal-hal kecil seperti mainan favorit atau momen bermain dengan teman-teman. Membiasakan mereka untuk menghargai momen-momen sederhana akan membentuk sikap syukur dalam jangka panjang.
 
- Berdoa atau Meditasi Syukur: Ajarkan anak-anak untuk menyisipkan rasa syukur dalam doa mereka. Dalam tradisi Islam, Kristen, maupun agama lainnya, rasa syukur sering kali menjadi bagian dari doa harian. Ini adalah cara yang baik untuk memperkuat kebiasaan bersyukur dalam hidup spiritual mereka.

- Contohkan Syukur dalam Kehidupan Sehari-hari: Anak-anak belajar banyak dari apa yang mereka lihat. Jika orang tua menunjukkan sikap syukur setiap hari, anak-anak akan cenderung menirunya. Ucapkan terima kasih atas hal-hal kecil di sekitar mereka dan tunjukkan betapa berharganya momen-momen tersebut.

- Buatlah Puisi-Puisi Bersyukur bagi anak atau bisa memesan buku bersyukur bagi anak dan orangtua yang sedang dipersiapkan oleh penulis, untuk dibaca bersama orang tua dan anak pada tiap kesempatan yang tersedia seperti contoh berikut ini:

PUISI TERIMAKASIH

Terima kasih Tuhan, atas tiap hari,  
Atas tubuh sehat yang bisa berlari.  
Kaki yang bisa berjakan, tangan yang melambai,  
Setiap napas, semua anugerah-Mu indah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun