Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersyukur, di Tengah Dunia Penuh Kekacauan

23 Oktober 2024   06:31 Diperbarui: 23 Oktober 2024   06:33 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terima kasih atas makanan yang kumakan,  
Buah yang manis, roti yang hangat.  
Air yang segar dan makanan hangat,  
Untuk tangan yang melindungi dari bahaya berat.

Aku hidup damai, tertawa, tumbuh besar,  
Tapi ada, ya Tuhan, yang tidak seindah ini, mereka bersabar.  
Anak-anak lain harus berjuang keras,  
Melawan lapar, malam penuh perang yang ganas.

Ada yang tanpa ibu, ada yang tanpa ayah,  
Mereka merasa gelap lenyap, begitu lelah.  
Rumah mereka hilang, hati dalam derita,  
Mereka merindukan cinta dan damai seutuhnya.

Jadi aku bersyukur, penuh rasa syukur,  
Atas tiap hari, aku benar-benar berterima kasih.  
Aku akan berbagi kebahagiaan, aku akan berbagi terang,  
Agar hati orang lain ikut senang.

Terima kasih Tuhan, atas segala pemberian,  
Atas kesehatan, makanan, dan hidup yang kualami.  
Kudoakan mereka yang dalam masa sulit,  
Semoga mereka juga menemukan cinta-Mu yang begitu dekat.

5. Syukur sebagai Pondasi Kebahagiaan: Sebuah Paradoks?

Menariknya, dalam sebuah dunia yang penuh dengan kekacauan, kita justru menemukan bahwa kebahagiaan tidak datang dari banyaknya hal yang kita miliki, melainkan dari bagaimana kita menghargai apa yang kita miliki. Ini adalah paradoks yang sering kali kita lupakan di era modern.

Di dunia yang menekankan pentingnya mencapai lebih, memiliki lebih, dan menjadi lebih, kita sering kali lupa bahwa kebahagiaan sebenarnya ada di depan mata kita---dalam hal-hal kecil yang mungkin sering kita abaikan. Bersyukur adalah kunci untuk membuka pintu kebahagiaan ini.

Anak-anak yang diajarkan untuk mensyukuri hidup mereka sejak dini akan tumbuh dengan pandangan yang lebih sehat terhadap dunia. Mereka tidak akan terlalu terjebak dalam keinginan untuk selalu "lebih", melainkan belajar untuk merasa cukup dan bahagia dengan apa yang ada.

6. Penutup: Dunia yang Bahagia Dimulai dari Syukur

Jika kita menginginkan dunia yang lebih bahagia, kita harus mulai dari diri kita sendiri---dari mengubah cara kita melihat dunia. Dan ini dimulai dengan bersyukur setiap hari, meski dunia di luar kita mungkin sedang dalam kekacauan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun