Salah satu solusi yang sering diusulkan oleh para ahli politik adalah akuntabilitas yang lebih besar. Jika pemimpin lebih bertanggung jawab kepada publik, mungkin siklus kegagalan niat baik ini dapat diputus. Hal ini bisa dilakukan melalui institusi yang transparan, masyarakat sipil yang kuat, dan pers yang waspada.
Indonesia : Masyarakat Sipil yang Berkembang
Indonesia telah membuat kemajuan dalam hal ini. Organisasi masyarakat sipil semakin kuat, dan pers, meskipun menghadapi tantangan, memainkan peran penting dalam memegang politisi agar bertanggung jawab. Jika pemerintahan Prabowo dapat memanfaatkan kekuatan-kekuatan ini, ada kemungkinan untuk mengurangi kegagalan yang telah menjangkiti pemerintahan sebelumnya.
Perbandingan Global: Penekanan Eropa pada Transparansi
Negara-negara seperti Swedia dan Denmark sering kali menempati peringkat tinggi dalam hal transparansi dan akuntabilitas pemerintah, sebagian menjelaskan mengapa mereka memiliki tingkat korupsi yang lebih rendah. Pegawai negeri di negara-negara ini secara rutin diawasi, dan setiap tanda kesalahan segera ditangani. Meskipun mungkin terlalu optimis untuk berpikir bahwa Indonesia bisa langsung meniru model ini, ini memberikan gambaran tentang apa yang mungkin terjadi.
Kesimpulan: Pertarungan Abadi Antara Niat Baik dan Realitas Politik
Mengapa niat baik dalam pemerintahan sering gagal? Jawabannya terletak pada campuran kompleks antara kekuasaan politik, harapan masyarakat, dan paradoks filosofis. Pemerintahan Prabowo akan menghadapi tantangan yang sama, seperti yang telah dihadapi oleh setiap pemerintahan sebelumnya. Membandingkan perjuangan Indonesia dengan negara lain menunjukkan bahwa masalah ini bersifat universal, berakar pada sifat kekuasaan dan pemerintahan itu sendiri.
Jalan menuju pemerintahan yang baik dipenuhi dengan niat baik, tetapi tanpa akuntabilitas, reformasi sosial, dan kemauan politik, jalan tersebut sering kali berakhir dengan kekecewaan. Pertanyaannya sekarang adalah, dapatkah Prabowo memutus siklus ini, atau akankah dia juga terperangkap oleh kekuatan yang telah menggagalkan banyak pemimpin sebelumnya?
Sebuah obrolan warung kopi berharap, jangan sampai pemerintahan baru yang akan "disumpah" 20 Oktober mendatang akhirnya "disumpahi" dengan "sumpah serapah" sepanjang perjalanan. Akhirnya obrolan ini disudahi dengan tertawa terbahak-bahak, menghela nafas panjang, dan bergumam, Let's hope for the best, and prepare for the worst. (KH).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H