Film "The Substance" dari Sudut Pandang Teori Psikologi
Film horor sering kali menyajikan pengalaman yang mendalam, tidak hanya untuk menakuti, tetapi juga untuk mengungkapkan realitas psikologis yang lebih dalam.
David Cronenberg, seorang sutradara yang terkenal dengan pendekatannya yang unik terhadap horor, memberikan kita "The Substance"---sebuah film yang mengajak kita menyelami sisi gelap kepribadian manusia. Dari sudut pandang teori psikologi, film ini menjadi kajian penting tentang trauma, alam bawah sadar, dorongan primal, dan bagaimana kekuatan psikologis ini memengaruhi tindakan serta keputusan manusia.
Alam Bawah Sadar: Konteks Psikologi Freud
Dalam kerangka teori Freud, "The Substance" dapat dilihat sebagai perwujudan dari ketegangan antara alam bawah sadar dan kesadaran manusia. Freud membagi pikiran manusia ke dalam tiga komponen: id, ego, dan superego.Â
Id adalah bagian dari diri kita yang berfungsi berdasarkan prinsip kesenangan, dorongan-dorongan primal, seperti nafsu dan agresi. Ego adalah mediator yang mengatur tindakan-tindakan kita, sementara superego adalah komponen moralitas yang dibentuk oleh masyarakat.
Dalam film ini, karakter utamanya menghadapi zat misterius yang tidak hanya merusak tubuh secara fisik, tetapi juga membangkitkan trauma-trauma masa lalu dan memengaruhi alam bawah sadar mereka. Dalam perspektif Freud, zat tersebut mungkin mewakili "id" yang mendominasi, membuat mereka bertindak tanpa kendali dan memicu dorongan-dorongan primal yang tersembunyi di bawah permukaan kesadaran.
Freud berhipotesis bahwa trauma yang tertekan di alam bawah sadar dapat muncul kembali dalam bentuk mimpi atau perilaku yang tidak dapat dijelaskan. Dalam "The Substance", zat tersebut memicu trauma-trauma yang terpendam, membangkitkan mimpi buruk yang tersembunyi dalam pikiran para karakternya.Â
Munculnya hal ini menunjukkan bahwa alam bawah sadar tidak pernah benar-benar terkubur; sebaliknya, ia tetap hidup dan dapat diaktifkan oleh pemicu yang tepat.
Teori Trauma dan Efeknya pada Perilaku
Teori trauma juga memainkan peran penting dalam memahami film ini. Dalam kajian psikologis, trauma diartikan sebagai peristiwa yang sangat mengganggu, sehingga berdampak jangka panjang terhadap kesehatan mental seseorang. Trauma dapat memengaruhi kepribadian seseorang, mendorong mereka untuk mengalami flashback atau reaksi emosional yang intens ketika dipicu oleh sesuatu yang mengingatkan mereka pada trauma tersebut.
Dalam "The Substance", kita melihat bagaimana trauma masa lalu dari para karakter muncul kembali setelah terpapar zat misterius. Zat tersebut dapat diartikan sebagai katalis yang memaksa karakter untuk menghadapi trauma yang telah lama mereka hindari.Â
Penelitian menunjukkan bahwa trauma yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan gangguan kecemasan, depresi, dan bahkan gangguan kepribadian. Hal ini relevan dengan film, di mana para karakter mulai kehilangan jati diri dan berperilaku di luar kendali, seolah-olah zat tersebut mengambil alih pikiran dan tubuh mereka.