Mohon tunggu...
Kris Hadiwiardjo
Kris Hadiwiardjo Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis, Eks Penulis Artikel Bisnis, Ekonomi, Teknologi Harian Pelita

Penulis adalah peminat bidang teknologi, Komputer, Artificial Intelligence, Psikologi dan masalah masalah sosial politik yang menjadi perbincangan umum serta melakukan berbagai training yang bekenaan dengan self improvement, human development dan pendidikan umum berkelanjutan bagi lanjut usia.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Marah-Marah & IQ Jeblok

2 Oktober 2024   12:07 Diperbarui: 2 Oktober 2024   12:12 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu efek yang kurang diketahui dari kemarahan adalah dampaknya terhadap kecerdasan seseorang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemarahan dapat menurunkan fungsi kognitif, termasuk IQ. Dalam keadaan marah, otak kita mengalami perubahan fisiologis, seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, yang dapat mengganggu kemampuan berpikir jernih.

Penelitian yang diterbitkan dalam *Psychological Bulletin* menunjukkan bahwa emosi negatif seperti kemarahan dapat mengganggu proses pengambilan keputusan. Ketika seseorang marah, mereka cenderung membuat keputusan impulsif yang tidak mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang. Ini menunjukkan bahwa mengelola kemarahan dengan baik tidak hanya bermanfaat untuk hubungan sosial, tetapi juga untuk kinerja kognitif individu.

Cara Marah yang Baik

Mengelola kemarahan dengan baik adalah keterampilan penting dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa strategi untuk mengekspresikan kemarahan secara positif meliputi:

1. Berbicara dengan Tenang: Alih-alih meluapkan kemarahan dengan teriakan atau kata-kata kasar, coba sampaikan perasaan Anda dengan tenang. Ini tidak hanya membantu Anda untuk tetap tenang, tetapi juga memudahkan orang lain untuk memahami perspektif Anda.

2. Mendapatkan Jarak: Jika Anda merasa marah, beri diri Anda waktu untuk merenung sebelum bereaksi. Jarak fisik dari situasi yang memicu kemarahan dapat membantu meredakan emosi.

3. Berolahraga: Aktivitas fisik dapat menjadi cara yang efektif untuk melepaskan ketegangan dan kemarahan. Berjalan, berlari, atau berolahraga dapat membantu mengeluarkan energi negatif.

4. Menulis: Mengungkapkan perasaan melalui tulisan dapat membantu Anda memproses kemarahan dan menemukan solusi untuk masalah yang mendasarinya.

5. Berlatih Mindfulness: Teknik meditasi dan mindfulness dapat membantu meningkatkan kesadaran diri dan mengurangi reaktivitas emosional.

Lebih Baik Marah atau Sabar?

Pertanyaan ini sering kali muncul dalam kehidupan sehari-hari. Sabar sering dianggap sebagai kebajikan yang lebih tinggi daripada marah. Dalam banyak tradisi, termasuk dalam ajaran agama, sabar dipandang sebagai tindakan yang lebih mulia. Namun, marah juga memiliki perannya dalam mengkomunikasikan kebutuhan dan batasan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun