Kapel yang dibangun antara tahun 1609 - 1615 sebagai tempat pesemayaman jenazah anggota keluarga Boim ini lebih mengesankan buat saya, karena di mukanya terdapat ukiran cantik nan rumit hasil karya Andrzej Bemer.Â
Ukiran-ukiran dari bahan batu pasir ini mengisahkan beberapa adegan utama dari Injil, utamanya tentang penyaliban dan kematian Yesus (di samping patung para rasul seperti Petrus dan Paulus), sehingga juga dikenal dengan sebutan Alkitab bagi kaum papa.
Memang pada abad pertengahan, Alkitab hanya tersedia bagi kalangan pendeta, bangsawan, dan kaum terpelajar saja, sedangkan kaum papa yang buta huruf tidak dapat mempelajarinya secara langsung.
Perjalanan melelahkan melalui ratusan anak tangga yang cukup terjal terbayar lunas dengan pemandangan kota yang cantik dan menawan (ditambah lagi cuaca yang terang benderang tanpa awan). Ini beberapa fotonya:
Catatan tambahan:
Walaupun Ukraina merupakan negara pecahan Uni Soviet dan sebagian besar penduduknya dapat berbahasa Rusia, secara umum, bangsa Ukraina lebih senang menggunakan bahasanya sendiri (sepintas mirip dengan bahasa Rusia, dan juga ditulis menggunakan huruf Kiril).Â
Keengganan berbahasa Rusia ini semakin menjadi-jadi setelah pecahnya konflik antara Ukraina dan Rusia di Semenanjung Krimea beberapa tahun yang lalu. Bagaimana pun, perlu dicatat bahwa warga negara Ukraina berdarah Rusia lebih merasa sebagai orang Rusia daripada Ukraina, dan tetap berkomunikasi dalam bahasa Rusia. Mereka ini umumnya tinggal di kawasan yang secara geografis memang dekat dengan perbatasan Rusia.
Sebenarnya cukup ironis karena bahasa dan kebudayaan Rusia (dan Belarusia) saat ini sebenarnya berasal dari Ukraina. Kerajaan Kiev-Rus, yang berpusat di Kiev, merupakan pusat administrasi, pendidikan, dan linguistik dari negara-negara tersebut sebelum jatuh ke tangan bangsa Mongol pada abad ke-14/15. Bahkan pendiri kota Moskow pun berasal dari kerajaan ini.
Di Lviv, saya menginap di Dream Hostel, Lviv (sangat direkomendasikan) dan menggunakan Flexiroam untuk kebutuhan berinternet.