Salah satu ibu jari milik Sang Baron juga sempat terpisah dan baru dipersatukan kembali dengan tubuhnya pada bulan Maret yang lalu (ibu jari tersebut kini disimpan terpisah dalam sebuah kotak, namun di dalam peti jenazah yang sama). Rupanya, ruangan kapel ini dulu dihiasi oleh puluhan tengkorak manusia (sebagaimana umumnya ossuarybergaya Baroque lainnya). Namun, untuk mencegah kerusakan akibat pembusukan dan tangan jahil wisatawan, tengkorak-tengkorak tersebut akhirnya diturunkan dan dikremasi.
Namun ruangan yang paling berkesan adalah di mana terdapat dua etalase berisikan mumi biarawan Capuchin diletakkan berjejer beralaskan lantai batu dan tanah saja. Memang, Ordo Capuchin dikenal sebagai salah satu ordo dalam Gereja Katolik yang memegang teguh sumpah untuk hidup bersahaja, termasuk dalam hal pemakaman.
Konon, alih-alih menggunakan peti mati baru untuk setiap saudara seiman mereka yang wafat, para biarawan ini akan mengeluarkan jenazah lama dari peti, meletakkannya di ruangan ini, dan memasukkan jenazah baru ke dalam peti yang sama, demikian seterusnya peti itu digunakan secara bergantian.
Kondisi ruang bawah tanah yang kering ternyata memperlambat proses penguraian, sehingga terjadilah mumifikasi secara alami. Sumpah hidup bersahaja yang dipegang para biarawan juga merupakan sebab mengapa jenazah-jenazah tersebut tak bernama. Tradisi pemakaman unik ini akhirnya dilarang pada penghujung abad ke-19 sebagai pencegahan tersebarnya wabah penyakit.
Katedral Petrov (Cathedral of St. Peter and Paul)
Sejarah katedral berarsitektur Gothic ini berawal dari sebuah kapel yang didirikan sekitar abad ke-11 atau 12. Bangunan tersebut kemudian diperbaharui dan diperbesar selama beberapa abad selanjutnya. Menaranya yang menjulang tinggi (84 meter) baru ditambahkan pada tahun 1904. Yang menarik, lain dengan katedral pada umumnya, lonceng katedral ini dibunyikan bukan pada pukul 12 siang, melainkan 11 pagi.
Konon, tradisi ini berasal dari masa Perang 30 Tahun. Tentara Swedia yang saat itu berupaya menaklukkan Brno bersumpah untuk menarik pasukan mereka kalau gagal menguasai kota tersebut sebelum pukul 12 siang pada tanggal 15 Agustus 1645. Di tengah-tengah perang yang berkecamuk, Jean-Louis Raduit de Souches, panglima perang setempat memutuskan untuk membunyikan lonceng gereja satu jam lebih awal. Alhasil, pasukan Swedia pun menarik diri tanpa berhasil menaklukkan Brno. Sejak saat itu pula lonceng katedral dibunyikan pukul 11 pagi setiap harinya.
Di bagian kiri altar (kalau kita menghadap ke arah altar) terdapat pulpit (tempat khotbah) yang juga cantik dan dinamai "Kapistranka", dari nama pengkhotbah terkenal Santo Yohannes dari Kapistrano, yang pernah tinggal di kota ini pada tahun 1451. Oh ya, Moric Grimm sendiri merupakan salah satu mumi penguni Gereja Capuchin yang saya singgahi sebelumnya.
Denisovy Sady (Denis Gardens), nama taman ini, diambil dari nama Ernest Denis, sejarahwan terkemuka yang juga berperan penting dalam sejarah berdirinya negara Cekoslowakia (kemudian terpecah menjadi Ceko dan Slowakia).Â
Di taman yang cukup luas ini terdapat sebuah obelisk yang didirikan pada tahun 1818 untuk memperingati berakhirnya perang dengan Napoleon, dan sebuah monumen salib untuk memperingati kedatangan Paus Benediktus XVI ke kota ini pada tahun 2009.Â
Selain karena keberadaan monumen-monumen tadi, taman yang asri ini juga memiliki pemandangan cukup indah dari atas bukit, menjadikannya populer sebagai tempat piknik, bersantai, maupun aktivitas lainnya... termasuk berpacaran tentunya!
Setelah berjalan santai menuruni bukit selama sekitar 10 menit, saya pun tiba di tujuan. Menurut sejarah, Stara Radnice didirikan pada abad ke-13 dan berfungsi sebagai balai kota hingga tahun 1935. Gedung ini kini dialihfungsikan sebagai pusat informasi turis dan galeri.Â