Rumput di halaman tetangga memang nampak lebih indah, daripada di halaman rumah kita.
Pernyataan tersebut tidak dapat dikatakan salah atau betul, karena sangat bergantung pada perspekstif disertai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Demikian pula dengan aku dan dirimu, pujaan hatiku, Kompasiana.
Banyak mimpi indah yang ingin kudapatkan bersamamu, seperti yang telah engkau tayangkan pada Kaleidoskop 2022 beberapa waktu lalu.
Diriku membayangkan meraih harapan yang begitu indah, dimana suatu saat engkau menuliskan namaku sebagai pemujamu, yang berkesempatan terpilih sebagai salah satu nomine berpredikat penulis dengan kriteria bergengsi ala Kompasiana.
Harapan indah itu, tentu saja membutuhkan pengorbanan besar untuk mewujudkannya.
Kebahagiaan yang didapat oleh para pemujamu yang berprestasi, bukanlah merupakan hadiah cuma-cuma yang engkau berikan kepada mereka.
Gelegar suara tawamu, yang terkuak lewat aksara terungkap dan menggugah jiwaku untuk segera menorehkan prestasi melalui karya, bukan melalui mimpi.
Tak ada satu titik yang engkau sembunyikan bagi para pemujamu, termasuk diriku.
Karena aku menyadari, dirimu adalah kekasih jiwa yang memberikan harapan penuh kebahagiaan di masa mendatang.
Dalam rangkulan penuh kasih, engkau menggandeng tanganku meraih semua harapan indah itu.