Dan ketika kita mengeluarkan roti tersebut sebelum roti itu sepenuhnya terpanggang (matang), maka roti tersebut tidak akan terasa enak. Sama seperti pada perombakan eritrosit, ketika tubuh kita memerlukan eritrosit itu segera untuk mengikat oksigen yang sangat banyak, maka eritrosit akan buru-buru merespon hal tersebut mungkin sebelum ia terbentuk sempurna setelah terjadinya perombakan. Dan ketika hal itu terjadi berulang-ulang akan menyebabkan eritrosit mengalami kecacatan dan rusak.
Selain berhubungan dengan kurangnya oksigen, melemahnya eritrosit pada tubuh manusia juga dipengaruhi oleh kurangnya nutrisi. Karena di dalam eritrosit, terdapat hemoglobin yang merupakan protein, beberapa enzim antioksidan, zat besi, folat dan vitamin B12. Nutrisi-nutrisi tersebut dapat kita peroleh dari makanan yang kita konsumsi.Â
Dan biasanya, di zaman yang sudah serba instan ini, orang-orang yang sibuk dengan pekerjaannya cenderung tidak mempedulikan asupan gizi untuk tubuhnya sendiri. Hingga tanpa sadar, hal itu menjadi seperti bom waktu yang pda suatu hari akan meledak dan menimbulkan berbagai penyakit. Seperti misalnya orang-orang sibuk tersebut cenderung mengonsumsi junk food, mie instan, makanan kaleng, dan lainnya yang serba instan dan cepat. Padahal, nutrisi-nutrisi tersebut sebenarnya dapat kita peroleh dengan mudah.
Protein untuk pembentukan hemoglobin dapat kita peroleh dari telur, kacang almond, dada ayam, gandum, keju cottage, yogurt, susu, daging sapi, ikan tuna, udang, dll.
Zat besi daat kita peroleh dari daging merah, kuning telur, ikan, sayuran berdaun gelap atau berdaun hijau (terutama bayam, daun singkong, kangkung, dan sawi), kazang-kacangan seperti kacang polong dan kacang kedelai, buah kering seperti plum atau kismis, sereal dan biji-bijian yang diperkaya zat besi, kelompok moluska seperti tiram dan kerang, serta jeroan ayam seperti hati dan ampela. Untuk mengefektifkan penyerapan zat besi, kita harus mengonsumsi makanan yang mengandung banyak vitamin C seperti jeruk, cabe, paprika, kiwi, berri, pepaya, nanas, melon, jambu biji, brokoli, bunga kol, ceri, tomat, kubis, lobak, kacang polong, mangga, bayam, kentang, dll.
Untuk memperoleh asam folat atau vitamin B9, kita dapat mengonsumsi bayam, brokoli, buncis, pisang, alpukat, jeruk, pepaya, hati ayam dan hati sapi, kol, kacang-kacangan, biji bunga matahari (atau yang lebih kita kenal dengan kuaci), biji-bijian, serta sereal.
Vitamin B12 atau cobalamin dapat kita peroleh dari kerang, sereal, ikan herring atau ikan kecil, salmon, kepiting dan lobster, keju, telur, susu dan produk susu (yogurt), daging, dan tiram.
Ketika semua nutrisi yang dibutuhkan oleh eritrosit tersebut tidak terpenuhi, hal tersebut akan berdampak pada kualitas eritrosit yang mengalir dalam tubuh kita. Selain kualitas, kekurangan nutrisi juga dapat menyebabkan kita menderita anemia.
Pada pembentukan eritrosit, berperan serta pula enzim katalase dan superoksida dismutase. Enzim katalase atau hidrogen peroksida (H2O2) merupakan hasil dari respirasi dan dibuat dalam seluruh sel hidup. H2O2 berbahaya dan harus dibuang secepatnya. Enzim katalase diproduksi sel untuk mengkatalis H2O2. Katalase berperan sebagai enzim peroksidasi khusus dalam reaksi dekomposisi hydrogen peroksida menjadi oksigen dan air. Enzi mini mampu mengoksidasi 1 molekul hydrogen peroksida menjadi oksigen.Â
Kemudian secara simultan juga dapat mereduksi molekul hydrogen peroksida kedua menjadi air. Reaksi dapat berjalan bila terdapat senyawa pemberi ion hydrogen (AH2) seperti methanol, etanol dan format. Peran katalase dalam mengkatalis H2O2 relatif lebih kecil dibandiingkan dengan kecepatan pembentukannya. Sel-sel yang mengandung katalase dalam jumlah sedikit sangat rentan terhadap peroksida. Oleh karena itu katalase berperan penting dalam mekanisme pertahanan sel darah merah terhadap serangan oksidaror hydrogen peroksida.
Superoksida Dismutase merupakan anti oksidan ini adalah enzim yang merubah radikal Oksigen bebas atau superoxida (O2 minus) menjadi O2 (Oksigen) atau H2O2 (Hidrogen Peroksida). Hidrogen peroksida juga menyebabkan kerusakan sel tetapi tidak begitu merusak dan ini bisa dihancurkan anti oksidan lain berupa enzim catalase.Â