Kemoterapi juga dapat membuat Anda rentan terhadap perdarahan dan memar, seperti memar pada kulit, mimisan, dan gusi berdarah. Dan pada beberapa kasus, kemoterapi dapat menyebabkan peradangan pada jaringan lapisan lembut di sistem pencernaan dari mulut hingga anus, yang dikenal sebagai mucositis. Seseorang yang mendapat dosis tinggi kemoterapi dapat mengalami hal ini. Mucositis muncul pada 7 hingga 10 hari setelah kemoterapi dilakukan. Hal ini ditandai dengan bisul pada mulut dan dapat membuat Anda merasa sakit ketika makan.
Beberapa orang mengalami lemahnya memori dan konsentrasi jangka pendek. Hal ini membuat kita membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan rutinitas sehari-hari.
Saat menjalai kemoterapi, beberapa orang mungkin akan kehilangan gairah seksual. Kemoterapi juga bisa membuat baik laki-laki maupun perempuan mengalami masalah reproduksi berupa infertilitas.
Sariawan dan gangguan indera perasa juga bukan tidak mungkin akan dirasakan pasien kemoterapi. Beberapa obat kemoterapi lah yang menyebabkan beberapa penyakit mulut seperti mulut terasa tebal atau bahkan infeksi. Kemoterapi juga dapat menyebabkan kerusakan reseptor rasa dalam mulut. Hal ini biasanya dimulai sejak seminggu setelah kemoterapi dan dapat berlangsung hingga 3 sampai 4 minggu.
Selain itu, kemoterapi juga dapat membuat kulit lebih sensitif terhadap matahari. Kuku tumbuh menjadi lebih lambat dan akan terdapat garis putih melintang.
Jadi, saya setuju dengan pendapat bahwa kemoterapi lebih banyak membawa dampak negatif daripada positif karena efek samping yang ditimbulkan sangat banyak dan merugikan mereka yang menjalani kemoterapi.
Daftar Pustaka: 1Â | 2Â | 3 | 4Â | 5 | 6Â |
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H