Mohon tunggu...
Kres Dahana
Kres Dahana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Penyuluhan Pertanian Universitas Jenderal Soedirman

Membaca lalu menulis... Menulis lalu membaca...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Desa dengan Difusi Teknologi yang Memanusiakan Masyarakat Desa

1 Oktober 2021   22:48 Diperbarui: 6 Oktober 2021   08:27 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Prinsip semoni piyayi (hormati para tokoh) harus mengakar dalam setiap bahasa dan tindakan kita.  Bagaimana menampilkan teknologi kita agar diperhatikan masyarakat, yaitu pada saat kegiatan berkumpul mereka.  

Masyarakat desa kental dengan kegiatan kumpul-kumpul, untuk kegiatan keagamaan, adat, atau hal-hal yang lain.  Di situlah teknologi baru kita kenalkan sedikit demi sedikit.  Catatan, pendifusi harus ikut bergabung dengan kegiatan masyarakat.

Waktu.  Lama untuk mendifusikan suatu teknologi baru sangat tergantung banyak hal.  Menurut Rogers (2003), ada beberapa faktor yang mempengaruhi lama tidaknya adopsi inovasi (dan teknologi), antara lain:

  • Keuntungan relatif

Sejauh mana suatu teknologi baru dianggap lebih baik daripada ide yang digantikannya.  Traktor roda dua dianggap lebih baik dari bajak kerbau, power threser lebih baik dari alat panen tradisional.  Keduanya merupakan contoh teknologi yang dianggap lebih baik dari yang digantikannya.  Tetapi ada contoh yang sebaliknya, transplanter padi.  Meskipun lebih cepat, namun tidak dianggap lebih baik, karena membutuhkan kondisi-kondisi khusus.

  • Kesesuaian

Sejauh mana suatu teknologi dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu, dan kebutuhan pengadopsi potensial.  Contoh, teknologi urea tablet.  Secara efektifitas, jauh lebih baik dibandingkan urea tabur (prill), tetapi sampai saat ini, teknologi ini tidak digunakan petani secara luas.  Mengapa? Meskipun digembor-gemborkan sebagai program (masa orde baru), ternyata ketersediaan tidak mendukung.  Jadi apabila sekarang program tersebut digaungkan kembali, masyarakat tani di perdesaan pasti langsung berasumsi akan sangat sulit diperoleh. (Pengalaman masa lalu).

  • Kompleksitas

Sejauh mana suatu teknologi baru dianggap sulit untuk dipahami dan digunakan.  Kita gunakan contoh lebih umum.  Mengapa dulu ponsel Nokia unggul di suatu masa, tetapi selanjutnya mereka tenggelam?  Karena masalah kompleksitas.  Nokia, ponsel yang sangat mudah digunakan dengan platform symbian-nya (S30, S60, S90).  Mereka penguasa pasar ponsel.  Ketika era ponsel pintar tiba, Nokia salah langkah.  Mereka memilih sistem Windows Phone ketimbang Android yang lebih mudah dan applicable.  Hasil akhir bisa ditebak, mereka hancur lebur.  Kata kuncinya -- kompleksitas teknologi.

  • Trialabilitas

Sejauh mana teknologi baru dapat dicoba dengan dasar yang terbatas.  Di desa, segalanya masih terbatas, masih minimal.  Teknologi baru akan berhadapan dengan faktor keterbatasan.  Jika tidak bisa mengatasinya, difusi gagal dilakukan.  Contoh, ketika mengenalkan teknologi solar cell atau wind mill pada desa yang belum teraliri listrik.  Hanya saja, di desa tersebut, sinar matahari sangat kurang karena adanya kabut (dataran tinggi), serta angin pun tidak terlalu kencang. Hasilnya dapat ditebak, teknologi tidak akan terdifusi dengan baik, tidak efektif menghadapi keterbatasan yang ada.

  • Observabilitas

Sejauh mana hasil teknologi baru terlihat oleh orang lain.  Contoh hal ini adalah ketika mengenalkan teknologi tanam padi menggunakan bibit muda umur 14 -- 21 hari (biasanya petani menanam pada umur 30 hari bahkan lebih).  Karena yang ditanam bibit yang masih sangat muda, ditambah lagi (hanya) ditanam 1 -- 3 bibit per lubang tanam, terlihat tanaman dan lahan sangat 'kosong', bahkan banyak yang berkomentar 'mengenaskan'.  Seiring waktu, komentar akan berganti menjadi kekaguman, ketika tanaman padi tumbuh dengan anakan yang lebih banyak daripada teknologi sebelumnya.  Masyarakat desa melihat (mengobservasi) sendiri, proses demi proses teknologi baru ini.  Dan akhirnya, mereka teryakinkan.

Sistem sosial  

Rogers mendefinisikan sistem sosial sebagai sebagai seperangkat unit yang saling terkait yang terlibat dalam pemecahan masalah bersama untuk mencapai tujuan bersama.  Apa pengaruh sistem sosial terhadap difusi.  Sangat besar!  Sistem sosial terkait dengan norma-norma yang berkembang dalam masyarakat.  

Dan khususnya pada masyarakat desa, terdapat norma-norma yang dipelihara sangat ketat secara turun menurun, baik terkait dengan agama, adat, bahkan mitos. Bisa diambil contoh, pada perdesaan dengan pesantren (tradisional) yang memegang teguh norma-norma tertentu mereka, akan sangat sulit mendifusikan teknologi internet.  

Mereka beranggapan, meskipun internet memberikan dampak positif yang besar, namun dampak negatifnya juga tidak kalah besar.  Dan jelas pendapat ini tidak bisa dikatakan keliru.  

Demikian pula mendifusikan teknologi pada desa-desa yang terisolasi (atau sengaja mengisolasi diri) itu juga akan sangat sulit.  Masyarakat Badui Dalam atau Suku Samin misalnya.  

Katz (1961) berkomentar, mempelajari difusi tanpa pengetahuan tentang struktur sosial tempat pengadopsi potensial berada sama tidak masuk akalnya dengan mempelajari sirkulasi darah tanpa pengetahuan yang memadai tentang pembuluh darah dan arteri.

Tingkat Adopsi Masyarakat Desa terhadap Difusi

Apakah bila kita sudah memperlajari keempat saluran difusi akan memastikan teknologi baru terdifusi dengan baik?  Tentu tidak.  Ada satu faktor yang sangat utama dan sulit diubah dalam waktu yang pendek, yaitu masyarakat desa itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun