Mohon tunggu...
Koteka Kompasiana
Koteka Kompasiana Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas Traveler Kompasiana

KOTeKA (Komunitas Traveler Kompasiana) Selalu dibawa kemana saja dan tiada gantinya. | Koteka adalah komunitas yang didesain untuk membebaskan jiwa-jiwa merdeka. | Anda bebas menuliskan apapun yang berkaitan dengan serba-serbi traveling. | Terbentuk: 20 April 2015, Founder: Pepih Nugraha, Co-founder: Wardah Fajri, Nanang Diyanto, Dhave Danang, Olive Bendon, Gana Stegmann, Arif Lukman Hakim, Isjet, Ella | Segeralah join FB @KOTeka (Komunitas Traveler Kompasiana) Twitter@kotekasiana, Instagram @kotekasiana dan like fanspage-nya. Senang jika menulis di Kompasiana, memberi tag Koteka dan Kotekasiana di tiap tulisan anda! E-mail: Kotekakompasiana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Event Komunitas Online Artikel Utama

Kotekatalk-120: "Maroko, Afrika Utara: Sahara dan Tanah Tuhan untuk Semua Umat"

14 Desember 2022   07:00 Diperbarui: 14 Desember 2022   13:30 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hi, everyone, apa kabar?

Masih sehat dan bahagia?

Sabtu lalu, kalian diajak untuk ngobrol tentang kisah perjalanan Kotekatrip-5 di Arjuna Booth Camp. Nurul Dwi Larasati, Kompasianer yang juga blogger dan influencer didapuk sebagai project officer dalam acara. 

Terima kasih kepada 13 peserta yang hadir dan menyimak acara. Jangan kapok ya, dalam Kotekatalk akan ada ilmu, informasi, dan networking yang akan didapat. Nilai investasinya bagus...

Ia berkata bahwa walaupun tidak ada profit secara material, ditugasi untuk mengatur kegiatan dari awal sampai akhir adalah sesuatu. Dari sana, ia yakin akan ada pengalaman, value dan network yang akan berguna dalam kehidupannya. 

Ditanya tentang rasanya mengatur Kompasianer yang suka jalan-jalan, Nurul bilang sempat repot juga mengorganisir transportasi. Karena selain ada mobil, ada peserta yang harus diberangkatkan dengan angkot. 

Untung saja runding "tembak tempat"-nya berhasil. Bahkan menurut Nurul, ada positifnya; sopir angkot Bogor keren, nggak nyasar alias bisa sampai di lokasi dengan cepat, tepat dan selamat. 

Hawa dingin, gelap, nggak ada persiapan api unggun. Lain kali mungkin harus dibuat supaya tambah romantis mensyukuri nikmat Tuhan dan kebersamaan yang ada. 

Memang ada yang begadang sampai malam, sambil merebus indomie dan atau ngopi. Jadi ingat zaman kemah di sekolah, kan. Mirip, deh! Semua jadi lepas curhat, suasana memang sangatlah mendukung. 

Makanan yang disuguhkan pemilik camp memang sederhana tapi dinikmati para peserta. Nasi hangat, telor ceplok, kerupuk ... sudah lebih dari cukup. Nikmat mana yang ingin didustakan manusia, para campers.

Tempat menginap adalah tenda. Namanya juga camping. Kalau kasur, itu liburan di penginapan atau hotel. Iya, kan?Nah, tenda gratis dari pemilik area bisa diisi 2-3 orang. Pemilik sempat meminta maaf dengan hidangan sederhana. Hidangan yang sama selalu disantap para santri bimbingan di sana. Tidak ada pembedaan. 

Program yang ada selama di sana selain camping menikmati keindahan alam, ada halang rintang. Rupanya ada yang nyangkut di jaring-jaring. Sebabnya waktu naik, akhirnya nggak bisa turun. Kegiatan ini mengingatkan pada latihan tentara tapi dengan level rendah. Have some fun aja.

Nurul membagikan informasi tentang follow up dari kegiatan. Pemilik camp menantang 15 Kompasianer untuk menghafalkan satu jus Al-Quran dalam batas waktu tertentu dan akan diberangkatkan umroh jika lulus. Memang di sana ada 6000 santri yang dididik. Kita tunggu nanti siapa Kompasianer yang berhasil menuju umroh gratis. 

Baiklah, dari Bogor, kami ajak kalian ke Maroko. Mengapa Maroko? 

Negara ini sedang menjadi buah bibir dunia karena baru saja memenangkan pertandingan melawan Portugal. Sebuah rekor yang luar biasa dan kejutan masyarakat pecinta sepak bola. 

Baru pertama kali negara Afrika, negara Islam melaju di tingkat selevel World Cup. Selain itu, mereka mengingatkan kita pada seorang ibu yang pastinya ada di belakang kesuksesan seorang anak. Buktinya, pemain Maroko menari gembira di lapangan bersama sang bunda. 

Untuk itu, penasaran dong, negaranya seperti apa, ya? Sampai mampu menggodog pesepak bola handal yang menggetarkan dunia. Bagaimana gambaran negara Islam di sana? 

Apakah sangat ketat aturan di dalam masyarakat? Mengingat Maroko, khususnya Marakesh dan Sahara adalah dua tempat wisata di sana yang dibanjiri turis dari beragam negara. Apa saja makanan yang bisa dicicipi? 

Konon orang Indonesia yang ke sana tidak butuh visa jika tinggal kurang dari sebulan? Bagaimana rasanya menjadi turis di negara Islam? Apakah semua turis perempuan harus berkerudung dan menutup aurat? Bagaimana karakter masyarakat di sana? Benarkah bea tur ke Sahara damai? Apakah di padang pasir sana banyak ular cobra?

Adalah Lina Berlina, perempuan Sunda yang merantau ke Berlin, Jerman dan berhasil menjadi desainer lurik yang memasarkan produknya di negara yang memiliki budaya barat yang bertolak belakang dengan Indonesia. 

Ia baru-baru ini datang dari Maroko. Bersama kedua putrinya, mereka berlibur ke Afrika Utara. Perjalanan dari Jerman ke Marakesh hanya membutuhkan 4 jam terbang. Harga tiket yang dibeli satu minggu sebelum keberangkatan 300 euro atau sekitar 5 juta rupiah. Jika lebih awal belinya, biasanya lebih murah lagi. 

Mbak Lina akan menceritakan pengalamannya, disertai dokumentasi lengkap seperti video dan foto. Pasti bikin ngiler, dong. Berkunjung ke sana, disebutnya sebagai perjalanan yang akan menyentuh hati. Sama halnya saat timnas mereka menyentuh hati dunia karena membobol gawang lawan mainnya.

Simak perbincangan di Kotekatalk-120 pada:

  • Hari/Tanggal: Sabtu, 17 Desember 2022
  • Pukul: 16.00 WIB Jakarta/ 10.00 CET Berlin
  • Hadiah: Kartu pos Berlin

Nah, bagi kalian yang belum ada acara pada hari itu, pengen jalan-jalan ke negara yang tidak membutuhkan visa masuk, penasaran tentang negara yang bisa mengalahkan timnas negara yang memiliki catatan sejarah persebakbolaan yang nggak receh, seperti Portugal, yang gemes pokoknya harus hadir.

Jumpa Sabtu. 

Salam Koteka. (GS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Event Komunitas Online Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun