Tempat menginap adalah tenda. Namanya juga camping. Kalau kasur, itu liburan di penginapan atau hotel. Iya, kan?Nah, tenda gratis dari pemilik area bisa diisi 2-3 orang. Pemilik sempat meminta maaf dengan hidangan sederhana. Hidangan yang sama selalu disantap para santri bimbingan di sana. Tidak ada pembedaan.Â
Program yang ada selama di sana selain camping menikmati keindahan alam, ada halang rintang. Rupanya ada yang nyangkut di jaring-jaring. Sebabnya waktu naik, akhirnya nggak bisa turun. Kegiatan ini mengingatkan pada latihan tentara tapi dengan level rendah. Have some fun aja.
Nurul membagikan informasi tentang follow up dari kegiatan. Pemilik camp menantang 15 Kompasianer untuk menghafalkan satu jus Al-Quran dalam batas waktu tertentu dan akan diberangkatkan umroh jika lulus. Memang di sana ada 6000 santri yang dididik. Kita tunggu nanti siapa Kompasianer yang berhasil menuju umroh gratis.Â
Baiklah, dari Bogor, kami ajak kalian ke Maroko. Mengapa Maroko?Â
Negara ini sedang menjadi buah bibir dunia karena baru saja memenangkan pertandingan melawan Portugal. Sebuah rekor yang luar biasa dan kejutan masyarakat pecinta sepak bola.Â
Baru pertama kali negara Afrika, negara Islam melaju di tingkat selevel World Cup. Selain itu, mereka mengingatkan kita pada seorang ibu yang pastinya ada di belakang kesuksesan seorang anak. Buktinya, pemain Maroko menari gembira di lapangan bersama sang bunda.Â
Untuk itu, penasaran dong, negaranya seperti apa, ya? Sampai mampu menggodog pesepak bola handal yang menggetarkan dunia. Bagaimana gambaran negara Islam di sana?Â
Apakah sangat ketat aturan di dalam masyarakat? Mengingat Maroko, khususnya Marakesh dan Sahara adalah dua tempat wisata di sana yang dibanjiri turis dari beragam negara. Apa saja makanan yang bisa dicicipi?Â
Konon orang Indonesia yang ke sana tidak butuh visa jika tinggal kurang dari sebulan? Bagaimana rasanya menjadi turis di negara Islam? Apakah semua turis perempuan harus berkerudung dan menutup aurat? Bagaimana karakter masyarakat di sana? Benarkah bea tur ke Sahara damai? Apakah di padang pasir sana banyak ular cobra?
Adalah Lina Berlina, perempuan Sunda yang merantau ke Berlin, Jerman dan berhasil menjadi desainer lurik yang memasarkan produknya di negara yang memiliki budaya barat yang bertolak belakang dengan Indonesia.Â
Ia baru-baru ini datang dari Maroko. Bersama kedua putrinya, mereka berlibur ke Afrika Utara. Perjalanan dari Jerman ke Marakesh hanya membutuhkan 4 jam terbang. Harga tiket yang dibeli satu minggu sebelum keberangkatan 300 euro atau sekitar 5 juta rupiah. Jika lebih awal belinya, biasanya lebih murah lagi.Â