Mandalika, Lombok. Sekitar dua pekan usai event internasional, World Superbike (WSBK), DSP Mandalika kembali diramaikan event besar. Kali ini, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF) Republik Indonesia bekerja sama dengan Harian Kompas menyelenggarakan Konferensi Internasional Mandalika, "Infinity Experiences of Nature and Sport Tourism".Â
Konferensi yang berlangsung di Raja Hotel Kuta, Mandalika Lombok, dengan pembatasan maksimal 100 tamu undangan ini mendiskusikan potensi besar kawasan Mandalika sebagai Destinasi Super Prioritas. Mengusung konsep hibrida, konferensi juga ditayangkan melalui Zoom yang dihadiri ratusan peserta online.
Rabu (01/12/2021), konferensi dimulai tepat pukul 09.00 pagi waktu setempat dan dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat. Seluruh peserta diwajibkan melakukan tes antigen, penempatan kursi yang berjarak di ruangan, serta mengenakan masker selama acara berlangsung.
Peserta offline yang hadir merepresentasikan para tokoh masyarakat, pejabat Dinas Pariwisata provinsi dan kab/kota, Dinas Koperasi dan UKM provinsi dan kab/kota, Asosiasi Usaha Pariwisata (ASITA, PHRI, GIPI, dll), pelaku wisata, budayawan, seniman, LSM, komunitas gerakan akar rumput pemberdayaan masyarakat, akademisi, mahasiswa, dan media massa.
Peserta yang hadir online berasal dari seluruh dunia dan sudah melakukan proses pendaftaran online sesuai persyaratan yang ditentukan.
Rangkaian acara dibuka dengan satu adat khas Suku Sasak yang tepatnya berada di Mandalika, yakni Nede Rahayu (Doa Selamat dalam Bahasa Sasak) oleh Bape Budiman dan Kyai Anom Lalu Jaswadi.
Ada pula tarian pembuka, Tari Galang Bulan dari Sanggar Tari Dewi di Lombok. Sementara, welcoming speech disampaikan oleh Sekretaris Daerah Provinsi NTB, Drs. H. L. Gita Aryadi, M.Sc., mewakili Gubernur NTB.
"Apapun bentuk kegiatan yang dilaksanakan di Mandalika khususnya, atau Lombok Sumbawa secara umum, tentu untuk kebangkitan pariwisata Lombok Sumbawa sendiri. Juga selalu sejalan dengan program-program pemerintah yang mengoptimalkan promosi keindahan Wonderful Indonesia," demikian tegasnya di akhir sambutan tertulis yang disampaikan offline.Â
Dilanjutkan dengan sambutan kedua yang disampaikan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan, Â Rizki Handayani. Berikutnya, pembukaan formal konferensi dan pidato kunci dari Menparekraf RI, Dr. H. Sandiaga Uno, B.B.A., M.B.A., sekaligus membuka secara resmi rangkaian konferensi selama sehari penuh ini.
Siapkah Kawasan Wisata Olahraga Mandalika?
Usai seremoni pembukaan, moderator Shahnaz Soehartono memulai Sesi I bersama enam narasumber. Tema diskusi di sesi ini adalah "Menggali Kesiapan Kawasan Olahraga Mandalika".Â
Presentasi dari para narasumber di sesi ini menggarisbawahi beberapa poin, di antaranya pemberdayaan sektor ekonomi kreatif, faktor dan kesiapan masyarakat sekitar, potensi pengembangan wisata olahraga Mandalika pascagelaran WSBK, serta sejauh mana keberhasilan pengembangan wisata olahraga dan tantangan penerapannya di Indonesia.Â
Deretan narasumber di sesi pertama ini yaitu Dr. M. Firmansyah, Lalu Putria, Adi Prinantyo , dan Ekawati Moncarre (Country Manager VITO Perancis). Usai pemaparan materi presentasi, diskusi pun dibuka, baik untuk peserta yang hadir langsung di venue maupun peserta online.
Pengembangan Wisata Olahraga dan Ekraf Mandalika
Penegasan dari tema ini sudah dibuka oleh Rizki Handayani saat sambutan, bahwa potensi ekonomi kreatif (ekraf) atau kuliner khas Lombok sangat mungkin dikembangkan. Salah satu contoh, terdapat akomodasi yang konsisten menyediakan hanya varian dari beragam kuliner khas Lombok atau Sumbawa, sehingga siapapun wisatawan yang berkunjung bisa semakin mengenal dekat kuliner khas tersebut.
Pernyataan itu dipertegas oleh tiga dua narasumber offline di sesi kedua serta dua narasumber lainnya yang hadir secara online. Helianti Hilman, contohnya. Founder dari Javara ini menyampaikan presentasi terkait potensi gastronomi satu destinasi wisata yang sebaiknya juga segera dikembangkan di DSP Mandalika.
"Kuliner khas, baik itu makanan dan minuman, sewajarnya juga dikembangkan sebagai bagian dari keberadaan satu destinasi wisata. Saya percaya, Mandalika dan Lombok sebenarnya kaya dengan hal tersebut. Sekarang tinggal bagaimana para pengelola akomodasi bisa konsisten menghadirkan kuliner khas tersebut bagi para tamunya," urainya.
Di area konferensi offline sendiri terdapat beberapa stand ekraf, di antaranya Sate Rembiga Goyang Lidah, kerajinan mutiara, kain tenun khas Lombok, bahkan produk skincare yaitu Oganic Lombok. Di momen konferensi ini, lapak para UMKM/ekraf diserbu peserta. Transaksi pembelian dan pembayaran menggunakan aplikasi khusus, di mana satu barcode khusus di masing-masing HP peserta dipindai oleh penjual di lapak.
Narasumber lain di sesi ini menunjukkan bahwa potensi olahraga wisata sudah cukup lama eksis, salah satunya karena keberadaan Gunung Rinjani sebagai magnet utama bagi para wisatawan yang menyukai suasana pegunungan dan aktivitas pendakian.
"Melalui nama Rinjani saja, setiap tahun sudah cukup banyak event olahraga wisata yang telah rutin dilaksanakan. Mountain bike, program Seven Summit, dan banyak lagi yang lainnya. Bukan tidak mungkin, event-event ini bisa disinergikan dengan event sejenis yang kemudian membuat wisatawan dapat mendatangi Rinjani sekaligus Mandalika dalam satu kali kunjungan mereka," jelas Mohammad Farid Zaini, Event Director Rinjani Geopark Sport Tourism Festival.
Kembali ke sebagian ulasan di atas, contoh perpaduan yang bisa dilakukan misalnya event paralayang atau paragliding. Di area yang dekat dengan Mandalika, terdapat Pantai Areguling yang terkenal sebagai spot paragliding.
Sementara di salah satu bukit di area Gunung Rinjani, terdapat pula aktivitas yang sama. Jika dua spot ini kemudian menjadi satu venue untuk lomba paragliding, nantinya peserta dapat merasakan pengalaman berada di spot pantai serta kawasan pegunungan Lombok sekaligus.
Pemisalan di atas tentu terbuka untuk dilakukan ke jenis olahraga wisata lain. Seperti penggunaan Sirkuit Internasional Mandalika untuk olahraga sepeda atau maraton. Trek luar dari sirkuit sangat bisa digunakan untuk dua jenis olahraga wisata ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan menjadi satu event rutin. Entah bulanan atau dihitung per kuartal termin dalam setahun.
Dua sesi dari rangkaian utama Konferensi Internasional Mandalika menyisakan deretan pekerjaan berikutnya bagi para hexa helix stakeholder kepariwisataan Lombok khususnya, serta NTB umumnya. Mandalika tidak harus memprioritaskan event balap motor saja, tetapi potensi lain yang masih selalu bisa dikembangkan optimal seperti spot gastronomi dan ragam jenis olahraga wisata lainnya.
Sinergi lintas sektor, pemisalan lainnya, bisa diterapkan ke destinasi-destinasi desa wisata. Baik di kawasan inti, penyangga, maupun destinasi wisata yang terdapat di provinsi yang diapit dua destinasi wisata dunia, Bali dan Labuan Bajo. Bukan pekerjaan mudah, tapi juga bukan sesuatu yang mustahil untuk bisa terwujud.
*Lombok, 7 Desember 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H