Lalu kemana semua baju tidak terpakai tersebut? Tentu saja didonasikan atau dibuang, dilihat potensinya oleh pengepul, dikirim ke negara-negara berkembang yang mau menampung dan berakhir salah satunya di Pasar Senen sebagai salah satu sentra baju bekas di Jakarta. Hehe.
Kenapa Baju Bekas Populer di Indonesia?
Kondisi produk baju bekas saat ini jauh berbeda dengan masa-masa orang tua kita dulu. Dengan adanya fast fashion, baju bekas yang sampai di Indonesia saat ini jarang yang kelihatan kumuh, kucel atau dekil karena umurnya rata-rata masih 6 bulan s.d 2 tahun dipakai oleh pemakai sebelumnya.Â
Selain itu, merk-merk yang diincar pembeli juga mudah ditemui. Ralph Laurent, United Colors Of Benetton, bahkan S.Oliver yang tidak memiliki outlet resmi di Indonesia justru malah bisa didapat versi bekasnya disini.
Walaupun bekas, tetapi pembeli baju bekas tidak selalu dari kalangan kurang mampu. Jika Kompasianer ke Pasar Senen misalnya, tidak jarang ditemui yang berbelanja di sana adalah kalangan menengah ke atas.Â
Bahkan banyak vlog di channel youtube milik artis maupun influencer sosmed yang berbagi pengalamannya berburu baju bekas di tempat-tempat seperti Pasar Senen.
Anak-anak muda sekarang yang cenderung kreatif, unik dan ingin tampil beda juga mempengaruhi. Baju-baju bekas selalu hanya ada satu jenis jadi memang sedikit ada faktor lucky nya juga untuk mendapatkan barang yang diinginkan.Â
Soal higienitas toh sudah banyak laundry dan dryclean yang terjangkau. Tidak jarang anak-anak muda ini memodifikasi baju bekas yang mereka beli menjadi lebih fashionable.
Dampak Terhadap Lingkungan
Jadi masih anti terhadap baju bekas? Sebenarnya fast fashion memiliki dampak yang cukup besar terhadap lingkungan. Membuang sesuatu sebelum habis masa manfaatnya ibarat makan mengambil makanan satu piring tetapi hanya dimakan setengahnya saja. Sisanya dibuang.Â
Sampah menjadi masalah utama karena seandainya baju bekas tersebut tidak ditampung oleh negara-negara berkembang di Afrika atau Asia, akan menjadi gunungan sampah yang menumpuk di tempat pembuangan, sementara di belahan dunia lainnya banyak yg setengah mati membutuhkannya seperti korban perang di Suriah, pengungsi Rohingnya atau korban bencana alam.Â