Mohon tunggu...
rizqa lahuddin
rizqa lahuddin Mohon Tunggu... Auditor - rizqa lahuddin

hitam ya hitam, putih ya putih.. hitam bukanlah abu2 paling tua begitu juga putih, bukanlah abu2 paling muda..

Selanjutnya

Tutup

Money

Mal Dimata Generasi Millenial

28 Oktober 2017   20:02 Diperbarui: 28 Oktober 2017   20:13 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
suasana sebuah pusat perbelanjaan

Perubahan selanjutnya pun datang. Era smartphone dan internet mengubah peta permainan. Hal ini diiringi dengan adanya generasi millenial yang memiliki karakter berbeda dalam membelanjakan barangnya. Sekarang coba kita berpikir. Saat ini siapa sih yang lebih banyak datang ke Mal? Jika anda di sekitar umur 30 ke atas dan sudah bekerja, maka kesibukan sehari-hari sudah banyak menyita waktu. Jika hari libur ke Mal pun biasanya dengan keluarga. Mal, saat ini didominasi pengunjung anak-anak sekolah, mahasiswa dan orang-orang berumur dibawah 30 tahun. Orang tua tidak ada waktu ke mal kecuali hari libur atau untuk keperluan bisnis seperti ketemu klien maupun ngobrol santai dengan relasi. Mal telah berkembang menjadi pusat rekreasi. 

Saat ini jika saya dan keluarga harus ke mal, alasan utamanya adalah untuk makan. Jikapun berbelanja, dengan adanya internet, maka bisa diketahui tenant mana sedang menggelar promo yang menarik, baru kemudian memutuskan kesana. Itupun dengan terlebih dulu mengecek apakah di salah satu online store memberikan tawaran harga yang lebih ramah di dompet.

Untuk soal terakhir itu, beberapa tenant sudah mulai bergeser ke arah membuka toko online seperti

  • Matahari memiliki mataharistore.com / mataharimall.com
  • MAP Group (sport station, crocs, dll) memiliki mapemall.com
  • Ramayana saat ini numpang di Tokopedia.com
  • Ace Hardware / Informa memiliki ruparupa.com

bahkan Toko Buku Gramedia pun memiliki Gramedia.com

semuanya adalah tenant-tenant besar yang mulai membuka toko online mereka sendiri.

Pergeseran Sifat Konsumen

Efek lain dengan adanya toko online adalah, konsumen dengan mudah dapat membandingkan harga. Misalnya, saya ingin membeli sebuah sepatu olahraga merk Nike yang jika membeli di outletnya langsung dan tidak ada diskon, maka harganya mencapai Rp. 1.500.000. Berbekal googling, ternyata ada sebuah online store yang menawarkan barang yang sama dengan harga hanya Rp. 1.200.000. Dengan selisih tersebut rasanya saya cukup pergi ke mal untuk mencoba sepatu sejenis, lalu mencari ukuran yang pas, dan pada akhirnya membeli secara online. Dengan cara seperti ini saya tidak akan salah ukuran membeli sepatu.

Internet membuka pintu lebar-lebar bagi semua jenis informasi, termasuk harga barang. Hal ini sama seperti persaingan antara ojek pangkalan dan online. Ojek pangkalan bisa seenaknya saja memasang harga, tetapi sejak adanya ojek online penghitungan tarif menjadi lebih transparan. 

Agar Mal Dapat Bertahan

Mal favorit saya saat ini adalah mal yang sekaligus menjadi tempat rekreasi. Jika anda pernah mengunjungi mal seperti ini, biasanya selalu ramai. Yang menarik adalah, mereka mendesain mal mereka tidak hanya menjadi tempat jual beli. Porsi untuk tenant restoran ditata sedemikan menarik, tidak seperti mal-mal model lama yang hanya berupa foodcourt. selain itu ada hiburan air mancur, kolam ikan, dan sejenisnya dimana anak-anak atau keluarga bisa puas bermain.

Dengan menambah nilai lebih seperti inilah Mal bisa tetap ramai pengunjung. Pengelola mal tidak bisa lagi berharap bahwa tenant-tenantnya lah yang menjadi tempat hiburan, tetapi mal itu sendiri harus bertransformasi menjadi pusat hiburan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun