"Hah? Kamu mau gabung sama ISIS?"
Yah, kurang lebih seperti itulah reaksi orang-orang sekitar saat mendengar saya akan backpackeran ke Teheran, ibukota negara Iran. Padahal posisi Irak dan Iran itu sama seperti Malaysia dan Indonesia, tetangga tetapi dua negara yang berbeda. Iran adalah negara yang sangat damai dan aman, dan ini bukan hanya kata saya. Anda bisa membaca review mengenai keamanan negara Iran dari berbagai website travelling macam tripadvisor maupun lonely planet. Hal ini karena disana menerapkan hukum Syariah Islam. Mirip dengan kondisi Aceh lah kurang lebihnya.
Selain itu, Iran terkesan "misterius" karena belum banyak menjadi tujuan orang untuk bepergian. Turis asal Indonesia lebih mengenal Turki, Uni Emirat Arab, atau tentu saja Arab Saudi jika membayangkan negara di Timur Tengah untuk dikunjungi. Karena misterius, jadi terkesan eksotis dan membuat rasa penasaran sehingga membulatkan tekad saya untuk pergi backpackeran kesana.Â
TIket Promo
Beruntung. Airasia belum lama ini membuka rute Kuala Lumpur-Tehran dengan harga yang lumayan miring. Untuk PP Jkt-KL-Tehran-KL-Jkt, biaya yang saya keluarkan hanya sekitar 4 juta rupiah saja. Dengan durasi penerbangan Jkt-KL 2 jam, ditambah KL-Tehran mencapai 8 jam, total perjalanan mencapai 10 jam. Dengan jarak yang lebih jauh dari jarak orang pergi ke Jeddah, tentu saja ini sangat murah.
Penerbangan ke Teheran menggunakan Airasia X (Ekstra) dengan pesawat Airbus 330 yang lebih besar dan entah kenapa, penerbangan ke Tehran, Airasia memberikan free makanan dua kali. Satu kali makanan berupa nasi, dan satu lagi sejenis pizza. Jadi terasa seperti maskapai full service.
Bebas Visa
Hubungan diplomatik antara Iran dan Indonesia berjalan dengan baik sehingga Iran hanya memberlakukan Visa On Arrival (VOA) bagi pemegang paspor Indonesia. Dan biaya visa nya pun termasuk yang paling murah dibanding negara lain. Sesama traveller dari Beijing yang saya temui membayar agak mahal untuk biaya VOA ke Iran. Cukup mudah untuk memperoleh VOA di Bandara International Imam Khomeini. Yang jelas, anda harus sudah memiliki tujuan atau tempat menginap di Iran, karena akan dilampirkan di form pengisian VOA. Tetapi karena adanya embargo dari USA, tidak ada metode pembayaran Visa/Mastercard yg bisa digunakan untuk memesan hotel. Traveller biasanya mengakali ini dengan cara menggunakan seorang "Couchsurfer" atau host yang akan kita tumpangi untuk menginap di rumah mereka, atau bisa juga cukup melakukan booking hotel / hostel saja, tetapi melakukan pembayaran di tempat.
Ada semacam petugas yang akan memandu kita dalam mengurus VOA. Pertama-tama Anda harus membayar biaya asuransi terlebih dahulu di loket asuransi, kemudia ke loket VOA untuk di cek berapa jumlah biaya visa yang harus dibayar, kemudian pergi ke loket bank di sebelahnya untuk membayar visa, lalu kembali lagi ke loket VOA menunggu visa anda keluar. Keseluruhan prosesnya tidak sampai 30 menit. Mata uang yang digunakan untuk membayar asuransi adalah Euro dan USD, sedangkan membayar visa gunakanlah Euro.
Salju
Betul. Ada salju di Iran dan bukan hanya hujan salju, tetapi tempat bermain ski di sebuah negara Timur Tengah. Inilah alasan utama saya ingin berkunjung ke Iran. Ada 3 ski resort yang terkenal di Iran yaitu Tochal, Dizin dan Semshak. Sayangnya saya sedikit salah perhitungan karena saat kunjungan saya kesana, musim salju belum dimulai. Hahaha. Tochal adalah ski resort yang paling dekat dengan kota karena bisa diakses dengan naik kereta (disana disebut Metro) hampir mirip dengan jaringan kereta bawah tanah milik Singapore. Tetapi Tochal ski resort sedikit tua karena memang yang paling pertama dibangun di Iran. Yang kedua adalah Dizin, ini yang paling direkomendasikan karena level nya tidak terlalu curam, akses masih relatif mudah dan bangunannya relatif baru. Sedangkan Semshak hanya disarankan bagi yang sudah mahir bermain ski.
Bahasa dan Huruf yang digunakan
Jika anda pernah ke Thailand, China, Korea, Jepang, yah seperti itu rasanya bepergian ke Iran. Mereka memiliki hurufnya sendiri. Tetapi (hampir) semua petunjuk mulai dari nama jalan dan stasiun menggunakan huruf Arab. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Farsi, dan tulisannya mirip dengan membaca huruf arab gundul. Hehehe.. Yang agak menyulitkan adalah membaca nama toko, menu makanan maupun daftar harga, karena mereka hanya memasang huruf farsi. Tetapi bagi umat muslim, menghafalkan angka arab tidak terlalu susah.
Keramahan Orang Iran
Jika anda pernah mendengar bahwa orang Jepang sangat ramah terhadap turis, keramahan orang Jepang masih kalah dengan orang Iran. Setiap anda terlihat bingung di tempat umum, orang yg bisa berbahasa Inggris akan mendatangi anda dan menanyakan apakah perlu bantuan. Iran masih tergolong baru dalam menggenjot pariwisatanya sehingga masih jarang ada turis disana. Warga Iran menyambut turis seperti tamu dan mereka tidak mau ada tamu yang tidak betah datang ke negaranya. Bahkan saya mengalami sendiri, ditraktir makan oleh orang asing, Â Staf hostel tempat saya menginap bahkan menghadiahkan "keffiyeh" nya untuk saya karena saya tidak bisa menemukan tempat dimana barang itu dijual. JIka anda mengobrol dengan warga lokal dan diundang datang ke rumahnya, itu bukan hal yang aneh di Iran.
Mudahnya Akses Transportasi
Untung urusan public transportation, Iran sudah sejajar dengan Singapore. Hanya cukup dengan satu kartu (dengan saldo yang bisa diisi ulang) bisa digunakan untuk bepergian menggunakan kereta bawah tanah (disebut Metro), dan Bus Rapid Transit yang mirip sekali dengan Busway di Indonesia. Bahkan Malaysia dan Thailand saja belum semudah itu. Untuk naik taksi rata-rata drivernya tidak bisa berbahasa inggris sehingga anda harus menunjukkan peta tempat tujuan. Terdapat pemisahan gerbong Metro dan Busway di Iran, bagi penumpang laki-laki dan perempuan. Ini hampir sama dengan di Indonesia saya rasa.
Negara Muslim Syiah
Jika ingin bertanya soal matematika, tanyakan pada guru matematika. JIka ingin tahu, tanyakan kepada ahlinya. Seperti itulah prinsip saya dalam mencerna informasi. Terlalu banyak cerita mengenai Syiah di Indonesia yang kebanyakan hanya "katanya-katanya". Cenderung dilebih-lebihkan bahkan sudah sangat ngawur dan melenceng. Untuk itulah saya penasaran ingun melihat langsung bagaimana sih Syiah itu langsung dari sumbernya. Akhirnya hal tersebut terwujud juga saat menginjakkan kaki di Iran.
Tulisan-tulisan mengenai bagaimana dan apa saja yang menarik disana akan saya buatkan tulisan tersendiri karena saking menariknya, sayang kalo tidak dikupas secara detail. Kunjungan saya kesana benar-benar melebihin ekspektasi. Iran ibarat mutiara terpendam untuk hal pariwisata. Begitu banyak hal menarik yang tidak diketahui orang sehingga sayang jika tidak diceritakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H