Kalah 1-0 tak menghalangi Liverpool untuk lolos ke 8 besar Liga Champion. Liverpool lolos ke babak berikut Liga Champion dengan agregat 2-1.
Bermain di rumah sendiri (09 03 2022), tak membuat Liverpool tampil ngotot seperti saat bertandang ke lawan mereka di Milan.Â
Seperti biasa, lapisan pertahanan Inter begitu tebal. Liverpool tidak mampu menembus pertahanan Inter yang berlapis.Â
Penggemar Liverpool dari awal sudah dikagetkan dengan line up yang diturunkan Liverpool. Yang dikagetkan adalah adanya nama Curtis Jones di sana.Â
Sebagai pengamat bola dan penggemar, keputusan Juergen menurunkan Curtis menghadapi lawan sekelas Inter Milan adalah sesuatu yang tidak diduga sebelumnya.Â
Curtis tak cukup bagus dalam menghadapi gelandang-gelandang Inter yang menjaga jarak rapat dan dan mengandalkan kekuatan fisik.Â
Terlihat bahwa Curtis sering kehilangan bola saat menguasai bola atau sulit merampas bola dari kaki lawan. Selain itu, visi permainannya masih jauh dibawah standar sehingga Liverpool sulit menciptakan peluang. Mesin Liverpool bekerja tidak seimbang di lini tengah karena kurangnya Curtis mengimbangi Fab dan Thiago.
Curtis tidak cukup padu bermain bersama Thiago dan Fabinho di lini tengah. Untungnya babak pertama selesai dengan skor kaca mata. Padahal Inter sering melakukan serangan-serangan berbahaya.Â
Di babak kedua, penulis berharap bahwa Curtis harus segera digantikan. Namun Juergen masih tetap bersabar. Sebetulnya kesabaran tersebut tampak positif dengan apa yang ditampilkan oleh Curtis dalam mendribel bola k jantung pertahanan Inter.Â
Namun itu tidak cukup. Lini tengah Liverpool tak sanggup menetralkan serangan dan pressing ketat Inter. Dan gol Inter akhirnya tercipta di babak ke dua di menit 61.Â
Gol itu tercipta saat bola lambung Matip tak menemui Salah yang jadi tujuannya. Bola dikembalikan ke Martinez yang berdiri bebas tanpa kawalan kemudian dishoot ke sudut jauh yang tidak dapat dijangkau Allison.Â
Gol ini bagaikan sengatan yang mengejutkan baik para pendukung maupun pemain dan pelatih. Pergantian pemain langsung dilakukan. Curtis akhirnya digantikan oleh Keita sedangkan Thiago digantikan oleh Hendo.Â
Bagi penulis, Klopp pasti menyadari bahwa kelemahan timnya ada pada Curtis. Namun sekali lagi Klopp tentunya punya alasan lain.Â
Keunggulan agregatlah yang membuat Klopp berani memainkan Curtis Jones. Memainkannya pada pertandingan liga Champion yang ketat adalah salah satu cara mengorbitkan pemain-pemain muda sebagai bagian dari regenerasi tim.Â
Kita tahu bahwa tim-tim besar biasanya membeli pemain yang "sudah jadi." Pemain-pemain tersebut jadi bagus karena dimainkan dalam pertandingan-pertandingan besar yang memberikan pengalaman bagi mereka sehingga menjadi bagus dan dilirik tim besar.
Jika di tim seperti Liverpool, pemain-pemain muda akan sulit untuk berkembang jika tidak diberikan kesempatan untuk merasakan pertandingan high class.Â
Jadi pertandingan melawan Inter adalah salah satu pertandingan yang dipakai oleh Klopp untuk mematangkan Curtis dalam proses pengorbitannya ke tim utama.Â
Kita melihat waktu lalu, hal yang sama dilakukan Klopp terhadap Elliot saat final Carabao Cup. Elliot diturunkan pada laga final melawan Chelsea, yang merupakan salah satu laga akbar. Ya. .. Â laga itu menjadi laga pematangan bagi Elliot dan hari ini kesempatan bagi Curtis saat melawan Inter.Â
Dalam pertandingan kali ini, sebetulnya Liverpool kesulitan juga seperti waktu pertemuan pertama. Namun yang berbeda adalah lini tengah Liverpool yang kalah kelas, bola mati yang tidak dimanfaatkan dengan baik, jebakan offside yang gagal diterapkan pada gol Inter dan dewi fortuna yang tidak memihak Liverpool.Â
Dewi fortuna tidak memihak liverpool karena 3 bola Liverpool dihadang oleh tiang gawang Inter. Seakan tak rela Liverpool kembali membobol lawan-lawannya seperti yang lalu-lalu.Â
Permainan Liverpool kali ini lebih dominan dari sayap kanan. Moh Salah selalu menjadi target umpan pemain tengah dan belakang. Meskipun Salah selalu dijaga ketat oleh para bek dan gelandang Inter.Â
Serangan dari sayap kanan ini mungkin saja dimaksudkan untuk mengurangi gerakan Perisic yang membahayakan pertahanan Liverpool. Jadi Liverpool meredam sayap kiri inter dengan cara menyerang lewat sayap kanannya.Â
Seharusnya taktik ini efektif jika gelandang Liverpool mampu melakukan transisi bola dari sayap kanan ke kiri. Namun itu tidak terjadi sepanjang pertandingan. Mungkin jika ada Hendo, hal itu bisa terjadi.Â
Menariknya, gol Inter justru tercipta dari sisi kiri Inter atau sisi kanan Liverpool. Moh Salah dikancing, dan lini belakang Liverpool tak bermain cukup bagus.Â
Sementara di sayap kiri, Sadio Mane tidak sanggup menyalip bek Inter. Demikian juga Jota kesulitan menembus pertahanan Inter. Mane dan Jota sepanjang pertandingan ini, tidak melakukan sekalipun shoot.
Hanya Moh Salah yang meski dijepit terus menerus, namun tampil sebagai ancaman konstan bagi Inter. Hanya saja upayanya tidak berbuah gol karena dua tendangannya membentur tiang gawang.Â
Mane memang bagus namun ia harus upgrade dulu jika bermain melawan tim dengan gradel berlapis. Untungnya ada Luis Diaz yang didatangkan di posisi Mane.Â
Sementara Jota juga kurang bertaji melawan Inter sebagai false nine. Dari pertandingan ini, terlihat bahwa Firmino masih merupakan false nine yang paling dibutuhkan saat melawan tim seperti Inter Milan. Sayangnya Firmino tidak turun pada pertandingan ini karena belum benar-benar pulih. Firmino, merupakan pembuka keran gol pada pertemuan pertama Liverpool melawan Inter.Â
Masuknya Hendo dan Keita, membuat permainan Liverpool menjadi lebih baik. Selain karena juga didukung oleh menurunnya kekuatan Inter akibat kartu merah yang diterima oleh Alexis Sancez di menit 63. Namun penulis tetap yakin bahwa seandainya Sancez tidak terkena kartu mera pun, Liverpool bisa lebih stabil karena kehadiran Jordan Hendarson dan Naby Keita.Â
Meskipun dominan, tidak ada gol yang diciptakan dari kaki-kaki pemain Liverpool kecuali tendangan Salah yang kena tiang gawang Inter.Â
Liverpool harus mengakui keunggulan Inter Milan meskipun kemenangan Inter tidak mengubah keadaan bahwa mereka harus tersingkir dari Liga Champion musim ini.Â
Anfieldnya Liverpool juga ternoda di musim ini. Kekalahan perdana di Anfield diakibatkan oleh Inter Milan. Sekaligus kekalahan perdana di Liga Champion musim ini.
Liverpool kali ini main biasa-biasa saja. Tidak begitu ngotot seperti yang biasanya diperagakan. Mereka seperti mau bermain aman saja meskipun harus kalah asal tetap lolos ke babak berikut di liga champion musim ini. Jika mereka mau ngotot saja, mungkin saja Luis Diaz akan dimasukan di awal babak ke dua mengganti Jota atau Mane.Â
Kehadiran Dias di 5 menit akhir berdampak signifikan. Seperti biasa, pertahanan Inter diobok-obok Dias. Hampir saja ia ciptakan gol, andai Vidal tidak memblok tendangannya.Â
Bermain biasa-biasa saja dilakukan Liverpool untuk mengantisipasi kebugaran tim dalam mengarungi tiga kompetisi musim ini.Â
Meskipun demikian, permainan mereka saat bertemu Inter mungkin akan menjadi standar bagi tim lawan untuk menyulitkan Liverpool pada pertandingan-pertandingan selanjutnya.Â
Kali ini, kita tidak menyaksikan Liverpool bermain atraktif seperti biasanya, namun target tetap tercapai yaitu lolos ke babak berikut sekaligus membuka kans meraih juara Liga Champion.
Inter Milan menang, namun tetap kalah. Liverpool kalah namun menang. Begitulah kesimpulan pertandingan kedua tim hari ini.
Salam bola!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H