Liga Inggris telah memasuki pertengahan musim dan menyisahkan setengah musim lagi. Manchester city menjadi pemimpin klasemen sementara dan mengumpulkan 50 poin di akhir tahun dengan selisih 8 poin dengan Chelsea di posisi ke-2. Sedangkan di posisi ke-3 ditempati Liverpool dengan koleksi 41 poin, selisih 1 poin dengan Chelsea di posisi ke-2.Â
Sejak awal musim, ke-tiga tim yang telah disebutkan bersaing secara ketat dan bergantian memimpin klasemen sementara. Sulit untuk memprediksi siapa yang akan keluar sebagai pemenang di akhir musim.Â
Bulan Desember biasanya menjadi bulan yang padat jadwal pertandingan. Setiap tim bertanding satu kali dalam 2 sampai 3 hari. Bulan Desember disebut-sebut sebagai waktu yang paling tepat untuk menerka siapa yang akan keluar sebagai jawara di akhir musim. Meskipun tidak selalu benar.Â
Di penghujung tahun 2021, Manchester City sudah jauh di puncak klasemen meninggalkan dua pesaingnya, Liverpool dan Chelsea. Padahal sebelum memasuki bulan Desember, ketiga tim ini hanya berpisah 1 poin di antara mereka. Namun di akhir tahun, perbedaan antara Mancity dan kedua pesaingnya cukup mencolok.Â
Kelelahan menjadi faktor utama yang sering dijadikan alasan. Kedalaman skuad menjadi solusi bagi faktor kelelahan fisik ini. Tim yang memiliki kedalaman skuad yang baik yang akan konsisten meraih hasil positif. Tim yang memiliki kedalaman skuad yang baik akan tetap meraih hasil positif meskipun ada rotasi pemain. Jadi siapapun yang bermain, tidak mempengaruhi kekuatan tim.Â
Di Desember tahun 2021, tidak hanya faktor kelelahan fisik, namun ada juga faktor pandemi. Varian Covid-19, Omicron, menerpa secara massal pemain beberapa tim, sehingga pertandingan harus ditunda bahkan tidak hanya satu kali penundaan. Penundaan ini, di sisi lain memberikan kesempatan bagi pemain untuk melakukan recovery, namun sisi negatifnya adalah merusak ritme permainan yang sudah dibangun dari awal musim. Inilah yang mungkin saja dialami oleh Liverpool.Â
Mancity merupakan tim yang paling konsisten di musim ini. Selama bulan Desember yang padat jadwal, Mancity berhasil memenangkan semua pertandingan. Mancity berhasil melakukannya karena kedalaman skuad yang mumpuni.Â
Sangat jelas bahwa di Mancity, tidak ada pemain inti dan cadangan. Tidak ada wajah yang selalu hadir di setiap pertandingan. Setiap pemain siap untuk duduk di bench atau turun sejak menit pertama. Namun mereka selalu meraih hasil positif di setiap pertandingan meskipun rotasi dilakukan di setiap pertandingan. Hal ini menjadi penyebab mengapa mereka sudah semakin menjauh dari rival mereka di tabel klasemen sementara.Â
Jika Mancity terus konsisten, maka trofi Liga Inggris kali ini akan kembali mereka raih. Hal ini karena Liverpool dan Chelsea harus saling sikut lagi di awal tahun. Jika kedua tim ini meraih hasil seri, maka Mancity akan semakin menjauh dari jangkauan.Â
Bagaimana dengan Chelsea? Ketidakhadiran beberapa pemain karena cedera seperti Kante dan Kovacic serta Lukaku, menurunkan performa mereka. Chelsea beberapa kali kehilangan poin bahkan setelah pemain-pemain yang cedera telah kembali.Â
Selain itu, Thomas Tuchel rupanya masih butuh waktu untuk mendalami Liga Inggris yang sangat kompetitif, di mana tim kecil tak terduga mampu menjadi batu sandungan bagi tim besar seperti Chelsea. Tim-tim kuda hitam selalu memakai strategi negatif atau parkir bus saat menghadapi tim-tim besar sambil sesekali melakukan serangan balik yang mematikan. Hal ini yang perlu mendapatkan perhatian dari seorang Tuchel jika ingin bersaing dengan Mancity.Â
Bagaimana dengan Liverpool? Jika dibandingkan dengan Mancity dan Chelsea, kedalaman skuad Liverpool paling timpang. Pelapis Liverpool tidak sepadan dengan pemain intinya. Hal ini terlihat jelas pada pertandingannya melawan Tottenham dan Leicester City pada laga tandang. Ketika pemain seperti Thiago, Hendo absen, maka nyawa permainan Liverpool yang ganas itu seakan pudar. Beruntungnya Anfield yang dipenuhi fans menjadi suntikan semangat bagi para pemain sehingga seakan ada pemain ke-12 pada saat Liverpool bertanding di Anfield.Â
Keuntungan lain selain Anfield adalah kejeniusan Juergen Klopp sebagai pelatih. Faktor Juergen inilah yang menyebabkan mengapa Liverpool berada dalam persaingan juara atau minimal di papan atas meskipun skuad asuhannya tidak begitu dalam.Â
Apapun persoalanya, ke dua tim ini harus terus berbenah di sisa musim. Masih ada 17-18 pertandingan sisa. Segala sesuatu masih bisa terjadi, apakah itu Mancity yang terpeleset atau bahkan Chelsea dan Liverpool yang terpeleset.
Sementara Arsenal sedang mendapatkan ritme yang sangat positif. Jika Liverpool dan Chelsea tidak berbenah, jangan-jangan mereka malah digeser oleh Arsenal.Â
Liverpool dan Chelsea seperti sedang gugup dalam kejar-kejaran dengan Mancity. Sedangkan Mancity layak disebut bermental baja dan tangguh meskipun mendapat tekanan. Maklum Mancity merupakan juara bertahan yang punya pengalaman dalam persaingan seperti ini.Â
Menarik untuk melihat kelanjutan peta persaingan Liga Inggris di tahun 2022.
Salam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H