Mohon tunggu...
Kostan D. F. Mataubenu
Kostan D. F. Mataubenu Mohon Tunggu... Dosen - Akademisi Gado-gado

Suka olahraga sepak bola Memvaforitkan LIVERPOOL. . . Sesekali melirik politik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang Alm Frans Lebu Raya, Gubernur Pertama Pilihan Langsung Rakyat NTT

19 Desember 2021   18:00 Diperbarui: 20 Desember 2021   08:55 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mantan Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya (Foto: Primus via kompas.com)

Hari ini, tanggal 19 Desember 2021, dunia maya masyarakat provinsi NTT dihebohkan oleh beritu duka, berpulangnya salah sata putra terbaik NTT, yaitu manta Gubernur NTT dua periode (2008-2013 dan 2013-2018). 

Berita ini mengagetkan publik, mengingat secara fisik dan usia, secara manusia, Leburaya seharusnya masih cukup enerjik dan seharusnya belum menemui ajalnya. Namun kehidupan manusia adalah sebuah misteri, apalagi waktu kematian. 

Frans Leburaya adalah Gubernur NTT hasil pemilihan secara langsung oleh masyarakat NTT untuk pertama kalinya. Politkus kelahiran Pulau kecil Adonara ini berhasil memenangkan pemilihan Gubernur NTT sebanyak dua kali atau menjabat selama 10 tahun. 

Walaupun berasal dari pulau kecil, tidak menjadi hambatan baginya untuk merebut mayoritas pemilih di NTT. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pawainya beliau dalam politik terutama dalam upaya meraih simpati masyarakat. 

Pria yang mengaku sebagai anak petani ini pernah mengisahkan perjalananan hidupnya di kampung yang sulit terutama ketika menjalani pendidikan dasar dan menengah di kampung halaman di Adonara. Bahkan ia mengaku tidak pernah bermimpi untuk menjadi Gubernur NTT. 

Namun siapa menyangka anak kampung ini ditentukan menjadi orang nomor 1 di NTT pada masanya, meskipun beliau adalah lulusan FKIP Undana. Ya... seorang guru dari keluarga petani ditetapkan memimpin NTT selama 10 tahun. 

 Sempat menjadi wakil Gubernur NTT tahun 2003-2008 mendampingi Piet Tallo, ia kemudian maju dalam pemilihan langsung pada tahun 2008 berpasangan dengan Eston Funay dengan tagline Fren bersaing dengan pasangan Ibrahim Medah - Paulus Moa dan pasangan  Gasper Ehok - Julius Bobo. 

Pemilihan ini dimenangkan dan mengantarkannya memimpin NTT selama 5 tahun. Di tahun 20013, Leburaya kembali bertarung di pilgub NTT, kali ini berpasangan dengan Benny Litelnoni. Pasangan ini harus bersaing dengan 4 pasangan lainnya yakni pasangan Eston Funay-Paul Tallo, Beny K Harman - Welem Nope, Ibrahim Medah-Melki Lakalena dan Christian Rotok-Abraham Liyanto. 

Lagi-lagi Leburaya memenangkan pertarungan ini walaupun melalui pemilihan tahap ke dua, sehingga kembali diberikan kepercayaan oleh masyarakat untuk memimpin NTT hingga tahun 2018. Beliau tidak lagi mencalonkan diri di tahun 2018 karena tidak diijinkan oleh regulasi. 

Dari perjalanan hidupnya, dapat kita saksikan bahwa Leburaya merupakan seorang tokoh politik yang piawai. Hal ini ditunjukkan oleh bagaimana ia memenangkan pertarungan politik meskipun harus berhadapan dengan politisi senayan seperti Beny Harman. 

Salah satu kenangan manis yang ditinggalkan oleh Leburaya adalah program Anggur Merah, yaitu program pemberdayaan masyarakat Desa. Program ini menghabiskan anggaran yang cukup besar untuk pemberdayaan masyarakat Desa secara langsung dan didampingi oleh seorang pendamping di setiap Desa. 

Banyak anak-anak muda NTT yang direkrut untuk menjadi pendamping Desa pada saat itu.  Terdata kurang lebih 2000an Desa yang menerima program Anggur Merah. Hal ini berarti bahwa ada 2000-an anak muda NTT yang direkrut untuk menjadi pendamping Desa, sehingga pengangguran pun bisa teratasi. 

Terima kasih karena ribuan anak muda NTT dapat menata dan membangun hidup melalui program Anggur Merah. Selain itu, tentunyauntuk masyarakat Desa yang menerima program tersebut dan menikmati manfaatnya.

Salah satu prestasi Leburaya adalah kemampuannya mengembangkan koperasi di NTT. Atas jasa itulah maka beliau pernah mendapatkan penghargaan dari presiden Joko Widodo pada tahun 2015. Tagline provinsi jagung, provinsi sapi dan provinsi koperasi menghiasi program kerjanya di periode ke dua kepemimpinannya.

Salah satu peninggalannya adalah dibangunnya gedung Sasando, kantor Gubenur NTT yang saat ini menjadi salah satu ikon unik di Kota Kupang NTT. Sebuah gedung bernuansa budaya lokal, yang menjadi perhatian publik, baik orang NTT sendiri maupun orang dari luar diprakarsai oleh Leburaya pada masa kepemimpinannya. Leburaya telah pergi untuk selamanya, namun Gedung sasando mungkin akan terus mengingatkan sosoknya.

Dari Frans Leburaya, kita belajar bahwa anak petani sederhana, anak kampung, anak dari suku kecil, tidak menjadi hambatan untuk menjadi pemimpin terutama di era pemilihan langsung yang membutuhkan banyak massa yang cenderung berbasis pada SARA. 

Hari ini, pria yang dikenal tenang dan murah senyum itu telah dipanggil Tuhan pada usia yang ke 61 tahun meninggalkan seorang isteri dan dua orang anak. Terima kasih Frans Leburaya, pernah menata kehidupanmasyarakat di NTT. Jasamu akan selalu dikenang. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun