Mohon tunggu...
KOSIS
KOSIS Mohon Tunggu... Freelancer - dalam ketergesaan menulis semaunya

Merawat ingatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saling Meminang, Seni dan Manajemen Berkelindan

30 Oktober 2019   23:36 Diperbarui: 6 Maret 2022   19:02 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui wikipedia disebutkan beberapa orang hanya mampu mendeteksi aktifitas yang mirip dengan manajemen, tanda-tanda manajemen telah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini dibuktikan dengan adanya piramida di mesir. 

Piramida tersebut dibangun oleh lebih dari 100.000 orang selama 20 tahun. Dari sini kita bisa sepakat bahwa bangunan ini tentu saja dikerjakan dengan perencanaan matang, mengorganisir para pekerja serta bahan bakunya agar segala sesuatunya terwujud sesuai rencana.

Tidak mungkin piramida tersebut bisa kokoh sampe sekarang tanpa ada peran seorang figur. Entah saat itu sudah ada istilah manajer atau belum, yang jelas piramida ini adalah salah satu bukti karya intagible dari proses manajemen.

Sejauh ini manajemen adalah pekerjaan humanis. Bayangkan saja di era revolusi industri 4.0 fenomena teknologi cyber dan teknologi otomatisasi terus menambah nilai efisiensi pada lingkungan kerja. Degan kemajuan yang begitu cepat suatu saat nanti semua lini-lini kehidupan akan dipenuhi dengan teknologi.

Tenaga kerja akan diganti dengan mesin atau robot, semua aktifitas akan dengan mudah dikerjakan oleh robot. Tetapi, siapa yang bisa menggerakan robot? maka jawabannya adalah manusia. Karena robot tidak mungkin bisa mengambil alih semua keputusan dan ia tidak bisa menjadi manajer. Manajemen memiliki kekayaan yang tidak dimiliki robot terkait ilmu pengetahuan akal budi dan budaya.

Sederet pertanyaan kemudian muncul, seperti apa korelasinya produk kesenian dengan manajemen? kenapa kesenian harus bersanding dengan manajemen? Kongkritnya kita bisa mengatakan bahwa kesenian perlu manajemen agar efektif dan efisien. Artinya  bahwa kemudian karya tersebut menemukan penonton atau penikmat yang tepat. Tentu saja ia harus menemukan manajemen yang memiliki kemampuan manajerial yang baik

Bahwa sebuah karya bisa diproduksi dengan lebih efisien ketika kita mengaturnya dengan baik. Ada keteraturan disana, dilain pihak seniman punya stigma tidak bisa diatur. Karena kesenian cenderung bersifat spontan, kebiasaan, mood yang baik, intuisi dalam diri sampai kegelisahan-kegelisahan seniman. Atau semacam inspirasi untuk kemudian menjadi alasan ia membuat suatu karya yang fantastis.

Jika kita lihat sepertinya manajemen tidak memerlukan itu semua, manajemen lebih perlu perhitungan yang matang, presisi juga kalkulasi. Atau manajemen justru mereduksi nilai guna menjadi nilai tukar yang mensublimasi pemikiran dari ranah tehnik menuju seni sebagai strategi untuk meraup keuntungan.

Namun apakah benar seniman itu jauh dari keteraturan? seorang penulis tidak selalu langsung menulis ketika menemukan ide, kadang mereka mencatat atau menuliskan sesuatu pada buku catatan terlebih dahulu, lalu menulis lagi dan begitu seterusnya. Kemudian mengulang kembali merangkum tulisan yang ia catat di buku catatannya. Bukankah itu adalah keteraturan. Hanya saja pengerjaan atau momentum untuk dikerjakannya yang mungkin tidak teratur. Tetapi pada dasarnya tidak ada yang tiba-tiba.

manajemen sepertinya masih sulit atau barangkali tidak berjodoh dengan kesenian teater, bisa kita identifikasi dari penontonnya yang cenderung sedikit, padahal secara historis teater adalah ritual. Teater itu merujuk pada tempat pertunjukannya dimana ritual tersebut dilakukan.

Hampir semua tradisi dan ritual punya jadwal, seperti ritual yang dilakukan pada saat bulan purnama, ritual sehabis panen, ritual-ritual tersebut tentu terjadwal, jika penjadwalan berarti sama dengan perencanaan, maka bisa dikatakan manajemen ada diantara ritual tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun