Mohon tunggu...
Kornelius Ginting
Kornelius Ginting Mohon Tunggu... Administrasi - Lelaki Biasa

-”Scripta manet verba volant”. https://www.korneliusginting.web.id/

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sosok Tangguh Itu adalah Jenderal Besar Soedirman

1 September 2021   19:41 Diperbarui: 1 September 2021   19:44 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adof Hitler pernah berujar, " Orang yang tidak memiliki rasa sejarah adalah seperti orang yang tidak memiliki telinga atau mata." Bahkan Founding Father kita Juga mengatakan "jangan sekali-kali melupakan sejara (Jas Merah)."  Jika Sejarah menjadi guru kebijaksanaan, tokoh sejarahlah yang mengkongkritkan keadaan, Najwa Shihab.

Demikian ungkapan-ungkapan mengenai sejarah. Namun bagaimana cara kita untuk tidak melupakan sejarah adalah sebuah tantangan lainnya. Sebut beberapa, mulai dari membaca buku sejarah, mendengarkan kisah perjuangan hingga menikmati film-film tentang perlawanan dan perjuangan melawan penjajahan itu sendiri.

Sama seperti hari ini, terlintas di postingan media sosial, Komunitas KOMIK (Kompasianers  Only Movie Enthus(i)ast Klub) komunitas pecinta film-nya kompasiana memberikan tantangan untuk menyemarakkan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 76 tahun. Sederhana saja, dengan bercerita / mengulas film-film yang berkaitan dengan sejarah perjuangan atau sejarah kepahlawanan.

Ini pula yang pada akhirnya memaksa untuk berusaha mencari tahu apa saja film perjuangan yang menarik untuk dinikmati sembari ikut menerima dan meramaikan tantangan dari KOMIK, #HUTKOMiK.

Beda Pilihan Namun Tetap Dalam Perjuangan Yang Sama, Yaitu Kemerdekaan Bangsa.

Pilihan jatuh kepada film Jendral Soedirman, saya sendiri lupa-lupa ingat kisah beliau, hanya kebesaran namanya yang terkenang hingga sekarang. Cerita diawali konflik pemilihan Soedirman yang  rupanya mantan Tentara PETA untuk diangkat menjadi Panglima Besar, diawal-awal pengangkatan Soedirman sebagai Jenderal Besar meskipun terpilih secara aklamasi, namun masih ada saja pihak yang meragukan loyalitas dan kepemimpinan beliau, tidak dapat dipungkiri salah satunya karena ia adalah bentukan tentara PETA (Pembela Tanah Air) Jepang.

Merdeka 100 persen tapi tidak berada bersebrangan dengan pemerintah, ini adalah pemikiran Soedirman muda. Pemikiran ini pula yang membedakan Jenderal Soedirman dengan Tan Malaka. Tentara Nasional Indonesia dan seluruh pasukannya berada di belakang pemerintahan yang sah, tidak dapat ditawar lagi, titik.

Sementara pemikiran Tan Malaka terlalu radikal menurut Soedirman. Sebagai seorang jenderal ia memutuskan untuk tetap berjuang sebagai tentara sejati, tidak mau untuk terlibat dan  menjadi alat propaganda politik.

Kesetiaan sebagai panglima besar dan seluruh pasukannya adalah mutlak bagi pemerintahan yang sah dibawah Presiden Soekarno-Hata.

Jenderal Besar Soedirman yang diperankan secara baik oleh aktor Adipati Dolken, mampu menghidupkan kesan gagah dan sosok yang berpendirian teguh dari Soedirman itu sendiri.

Memang sih efek pertempuran film yang dibuat tahun 2015 masih jauh dari sempurna. Jangan membayangkan akan hingar bingar seperti film Pearl Harbour, namun sudah  cukup memberikan pesan jelas tentang kebesaran sosok Jenderal Besar Soedirman dan perjuangan beliau untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan.

***

Cerita berlanjut, dalam sidang kabinet sudah diambil keputusan, bahkan Jendral tidak sejalan dengan Presiden Soekarno (diperankan oleh Baim Wong), Jendral Soedirman memilih untuk melawan Belanda secara gerilya, sementara Presiden memilih jalur lainnya. Memang pada intinya tetap sama-sama berjuang melawan penjajah Belanda. Sialnya Soekarno-Hata ditangkap Belanda, tuh kan.

Namun Dimas (demikian presiden Soekarno memanggil Soedirman) tetap mendukung penuh Presiden Soekarno dengan perlawanan gerilyanya.

Mengapa Perang Gerilya?

Jenderal Soedirman memilih untuk berperang dengan cara gerilya karena ia sudah mengenal Pulau Jawa dengan sangat baik. Ditambah adanya dukungan rakyat yang merupakan senjata paling ampuh melawan Belanda dan berhasil. Tujuan sederhananya adalah menciptakan medan-medan gerilya yang luas di Pulau Jawa.

Meskipun dengan kondisi fisik yang tidak fit dan ditandu, Jenderal Soedirman  tetap memimpin langsung anak buahnya dalam perjuangan.

Perjuangan tidak mudah, karena peperangan tidak hanya melawan penjajah Belanda, namun ada juga tentara komunis,  sisa-sisa perlawanan Muso dahulu. Sementara itu  masih ada Tan Malaka yang demgan pemikiran komunis-nya terus menghasut rakyat agar sepemahaman dengan ideologi-ideologi komunis. Belum lagi mata-mata yang menyusup dalam pasukan.

Pada akhirnya benar saja, perang gerilya yang digagas Jenderal Soedirman, membuahkan hasil manis. Belanda kewalahan dan kebingungan untuk menangkap.

Bahkan ada salah satu bagian ketika sudah terdesak, dan sudah berhadapan dengan tentara kumpeni, Jenderal Soedirman dan anak buahnya mampu mengecoh dan membuat Belanda tidak percaya bahwa ia adalah jenderal besar itu.

Sedari awal memanfaatkan perang gerilya adalah strategi Jenderal Soedirman, bukan karena takut melawan lalu masuk hutan, tetapi memanfaatkan keadaan dan persenjataan yang serba terbatas untuk memenangkan pertempuran. Semacam Hit and Run gitulah.


Sederhananya perang gerilya memiliki karakter yang berbeda pada perang-perang pada umumnya, dalam perang gerilya  perang terbuka sangat dihindari, serangan dilakukan dengan cepat, tidak terduga dan tidak terlihat. Gerilya menggunakan lingkungan sekitar untuk melakukan penyamaran seperti hutan dan malam yang gelap. Dalam perang gerilya juga dapat melakukan penyamaran-penyamaran seperti orang biasa agar tidak mencolok dan tetap mengawasi pergerakan musuh tanpa disadari.

Sementara rakyat yang sudah muak dengan penderitaan dan penjajahan yang terjadi mendukung perjuangan dan perlawanan sehingga rakyat tak sungkan untuk memberikan rumahnya sebagai tempat persinggahan dan perlindungan Jenderal Soedirman dan pasukannya.

Penutup.

Kita harus memperbanyak dan memutar berulang-ulang #filmperjuangan dan pengenalan akan sosok seperti Jenderal Besar Soedirman agar generasi penerus bangsa mengenal bahwa banyak sudah yang berkorban darah dan nyawa untuk kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Semoga kita tidak  mengenal nama besar beliau sebagai nama salah satu jalan di ibu kota saja. Tapi memahami dan menghargai perjuangan yang sudah dilakukan.

Film Jenderal Besar Soedirman lumayan bertabur aktor-aktor ternama, sebut saja, Baim Wong sebagai Soekarno, Nugie sebagai Bung Hatta dan Tan Malakan diperankan oleh Mathias Muchus, juga Lukman Sardi.

Skenario Jenderal Soedirman ditulis oleh TB Deddy Safiudin dengan sang sutradara Viva Westi, di produksi bersama Markas Besar AD, Yayasan Kartika Eka Paksi, Persatuan Purnawirawan AD dan Padma Pictures.

Merdeka.. Kira-kira enaknya nonton film apalagi ya.....

#HUTKOMiK #filmperjuangan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun