Dan masih ada beberapa sektor lainnya yang terkena imbas dampak langsung C-19.
Sementara yang tidak langsung.
Ini juga tidak kalah banyak, yang terlihat saja di keseharian. Pedagang makanan yang masih berjualan (terutama sore hari menjelang waktu berbuka) sepi pembeli imbas banyak pemberhentian karena terimbas langsung.
Banyak yang menahan pengeluarannya (bahkan dalam bentuk makanan) sebisa mungkin masak dirumah meskipun alakadarnya ketimbang harus beli.
Praktis pedagang makanan tadi yang biasa omset perharinya 100 piring (bungkus), drastis turun menjadi 10-20 piring saja sudah luar biasa. Bahkan mungkin saja meskipun sudah dipajang tidak ada yang membeli.
Atau lainnya adalah sektor biro jasa, pasar pojok pramuka praktis ikutan berhenti beraktivitas. Semua kegiatan dan tugas sekolah, mengajar dan belajar yang dillakukan secara daring tugas pun diselesaikan paper less, bagus sich tapi hal ini membuat pencari rejeki disektor ini juga terkena imbasnya. Penjualan jasa pengetikan, jasa penjilidan, jasa servis printer dan komputer perlahan melambat menuju berhenti sesaat.
Tapi ada ga sektor lainnya yang meningkat pasca pandemi ini berlangsung? Ada jawabnya. Sektor telekomunikasi dan teknologi informasi.
Imbas harus beraktivitas dirumah saja dan berkegiatan secara daring. Saat ini penyedia layanan sambungan inet sangat dibutuhkan (data pastinya belum tahu) sebut saja provider X yang biasanya memberikan bonus hanya dengan pengisian nominal kecil, saat ini harus dengan nominal besar dan beberapa persyaratan lainnya.
Bagi yang mampu tidak ada masalah, sementara lainnya harus memikirkan ulang, mencari yang sesuai kemampuan meskipun masih kurang banyak dari spek yang dibutuhkan.
Lalu bagaimana lagi?
Ya tidak bagaimana-bagaimana lagi. Memang melalui C-19 ini tidak mudah dan semudah yang dibayangkan. Selesai pun pandeminya dampaknya masih akan tinggal menetap hingga 1-2 tahun ke depan. Bahkan kementrian keuangan mewaspadai perubahan nilai inflasi, kemampuan ekonomi masyarakat dan instrumen ekonomi lainnya.