Mohon tunggu...
Kornelius Ginting
Kornelius Ginting Mohon Tunggu... Administrasi - Lelaki Biasa

-”Scripta manet verba volant”. https://www.korneliusginting.web.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dilepas Kok Makin Beringas?

19 April 2020   22:57 Diperbarui: 19 April 2020   23:36 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menyaksikan berita disalah satu stasiun Nasional mengaminkan berita yang sudah lebih dahulu beredar di media sosial wa lingkungan setempat. Polres Jakarta Timur tetap melaksanakan kegiatan rutin penindakan terhadap pelaku kejahatan. Dan benar saja kemarin malam aksi tersebut terekam jelas dan beredar luas. Pelaku pembegalan berusaha melarikan diri dari kejaran petugas.

Pfuf, akhir-kahir ini hidup kok ya seperti menegangkan. Padahal  beberapa hari sebelumnya kembali polisi sudah berhasil meringkus kawanan rampok spesialisasi alfamart di daerah Duren Sawit.

Atau lagi-lagi korban yang terkapar mengenaskan akibat penjambreatan dan sejenisnya.

Seberapa efektif pemberlakuan program asimilasi yang diberikan kepada para pelaku kejahatan. 

Sepakat diawalnya ketika program yang coba pemerintah kita lakukan untuk mengurangi penumpukan jumlah tahanan yang bisa mengakibatkan penyebaran COVID 19 dan berdampak kemana-mana.

Dan mencoba mengabaikan suara-suara sumbang yang tidak mendukung kebijakan ini. Tapi kok ya, selepas diberlakukan kebijakan, seolah-olah berita kejahatan yang beredar juga semakin meningkat. Entah semacam kebetulan atau apa ya, fenomena yang saya sendiri kurang paham.

Apa mungkin, ini salah satu efek untuk menekan masyarakat agar tidak keluar selama pelaksanaan PSBB berlangsung. Terpatahkan ketika petugas / aparat keamanan berjuang keras membekuk dan menangkap pelaku kejahatan yang kambuhan.

Memang sih, tidak dapat dipungkiri juga, kalau bicara data, dari jumlah narapidana yang dilepaskan, Yang kembali ber-ulah tidak signifikan jumlahnya, tapi sudah cukup menebar teror ketakutan kepada warga.

Bahkan Kepala Kajati (saya lupa namanya dan dari daerah mana) menyebutkan bahwa pembebasan ini juga sudah melalui seleksi yang cukup ketat. Bahkan ditengarai kalau melakukan perbuatan kejahatan kembali akan dikenai sangksi yang lebih berat dari sebelumnya. Ia berpendapat karena sudah diberikan kesempatan bebas lebih awal tetapi tidak digunakan dengan sebaik-baiknya.

Teringat Masa Itu.

Semua yang bertato dan berada diluar ketika malam, singkirkan, tidak ada kata ampun. Setidaknya itu yang kabar yang beredar di tahun 90 an. Beberapa menganggapnya tidak serius, sehingga bergelimpangan mayat dengan identitas tidak dikenal dipinggiran trotoar atau dibeberapa kali besar sekitaran Jakarta.

Beberapa orang kala itu yang hanya ikut-ikutan mengenakan tato panik bukan main. Pokoknya asal bertato dan keluar malam, sikat habis.

PETRUS, sepertinya nama operasi sandi yang dibuat atau beredar, entah kebenarannya kala itu. Tapi ketika melihat orang bertato pada meregang nyawa, tidak hanya orang bertato yang khawatir, prkatis semua orang yang tidak memiliki kepentingan beraktivitas malam hari ikut berdiam diri dirumah saja.

Keadaan sempat aman kala itu, kejahatan sempat menurun. Sebab kalau tidak dan masih membandel. Siap-siap hilang dari peredaran.

Tapi tunggu setelah beberapa tahun kemudian, program ini hilang, kejahatan kembali marak.

Apa mungkin program ini kembali digalakkan atau memang program ini usang dan sudah masuk dalam peti mati.

Penutup

Tapi yang pasti saat pandemi ini berlangsung ada baiknya kita tetap dirumah saja. Beraktivitas dalam rumah. Sebab ke-khawatiran semakin bertambah, bukan karena Virus COVID 19 saja tetapi beredarnya pelaku kejahatan kambuhan dan musiman.

Belum lagi munculnya pelaku-pelaku kejahatan baru yang karena keterdesakan ekonomi memaksa berbuat jahat demi mendapatkan makan untuk bertahan hidup.

Ini yang menjadi dilema dan PR pemimpin bangsa ini. Ditindak tegas pelaku kejahatan khawatir dengan pelanggaran hak asasi manusia, padahal jika sudah jatuh korban maka hak asasi korban sudah lebih dahulu diambil paksa oleh para pelaku kejahatan.  

Semoga semua masalah ini berlalu dan Indonesia kembali menjadi seperti sedia kala, negeri yang penduduknya ramah, memiliki tepo saliro yang tinggi. 

Bahkan dalam sebuah kesempatan disebutkan bahwa kita adalah bangsa pejuan,g bangsa yang tidak mudah menyerah demikian gubernur Anis mengutarakan. Tetap Semangat dan Tetap sehat beraktivitas dari rumah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun