Ku bisikkan ke cuping Tono, "kau telp Mantri desa, beritahu keadaan kita ke beliau, tanya pendapatnya."
Tini, kau telp pak Rw, tanya beliau apa pendapatnya? Sekaligus tanya Pa Budi, ya Babinsa kampung kita.
Setidaknya sambil menunggu jawaban dari pihak terkait, keluarga memohon setidaknya jenazah anaknya dapat diturunkan. Toch sudah ditemani petugas medis terkait. Demi melihat warga yang ikutan panik, selaku ketua RT merasakan kepanikan. Takut tertular, penyakit yang belum ada obatnya.
Tidak menunggu lama, Tono dan Tini melaporkan, bahwa tidak ada masalah mengenai pemakamannya. Terlebih sudah ada petugas medis terkait.
Ya sudah, demi mendengar jawaban langsung dari mereka berdua. Dengan hati yang masih cemas ga menentu, aku selaku ketua desa Bugelan mengijinkan dilangsungkan acara pemakaman ini. Sembari meminta maaf kepada keluarga karena menunggu.
^^esoknya^^
Dijam yang sama seperti kemarin, kali ini kopi dengan singkong manis. Desa Bugelan sudah memberlakukan Lock Down Lokal.
Tono dan Tini, kembali tergopoh-gopoh mendapati aku yang sedang santai menikmati pagi.
"Ketua, ketua"... ujar mereka berdua berbarengan.
Nanti jam 10 kita bersama-sama pa RW menghadap ke Polres depan jalan raya. Kita dilaporkan oleh keluarga yang berduka kemarin. Kita bertiga dan beberapa warga dijadikan tersangka.
Aduh biyung... biyung.. masalah apalagi ini yang muncul.