Akibatnya, tidak sedikit korban yang termakan oleh pengajaran mereka yang sesat.  Pada zaman ini, banyak orang mengukur kebenaran itu karena melihat banyaknya subscribe, viewrs, like dan comment.Â
Hal yang mengejutkan bahwa ternyata subscribe-nya dapat dibeli hanya untuk terkenal dan didengar orang. Â Selain itu, kebenaran diterima karena faktor pemberi materi. Â Akibatnya terjadi pengkultusan manusia. Â Kebenaran menjadi abu-abu. Â
Oleh karena itu, buku ini akan menolong para teolog di Youtubers, Facebookers, Instagramers, Tiktokers. Â Tidak hanya mereka, tetapi pihak-pihak pelayanan digital yang berkecimpung di dunia media sosil perlu membaca buku ini. Â Tujuannya agar mereka menyampaikan kebenaran dengan tepat. Â
Diharapkan, buku ini akan mengedukasi mereka untuk menghasilkan studi eksegesis yang benar sesuai prinsip-prinsip hermeneutik dan bukan eisogesis (penafsiran berdasarkan pengertian sendiri).Â
- Kelima, para pencari kebenaran Alkitab dari umat dan para teolog non-Kristen. Â
Buku ini dapat menjadi rujukan yang patut ada di rak-rak perpustakaan mereka. Â Buku ini akan membuka mata pengetahuan mereka, bahwa memahami dan mengajarkan Alkitab perlu mengikuti prinsip-prinsip hermeneutik yang benar. Â
Hasil pembacaan buku ini, membuat mereka tidak hanya karena pentingnya penafsiran, tetapi menjadi pisau bedah untuk menilai kualitas pengajaran dari umat dan para teolog Kristen itu sendiri. Â
Dengan demikian, ketika berjumpa dengan umat dan para teolog Kristen, terjadi suatu diskusi yang edukatif dan konstruktif dan bukan agresif dan destruktif. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H