Mohon tunggu...
Kornelis Ruben Bobo
Kornelis Ruben Bobo Mohon Tunggu... Dosen - Pendeta dan Dosen

Olahraga: Bola Kaki, Volly, Futsal, Badminton, Traveling, Makan, Berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Tiga Strategi Gereja Antisipasi Perceraian, Kedua Apalagi Ketiga, Tidak Serius Diperhatikan

25 Mei 2024   17:02 Diperbarui: 25 Mei 2024   17:03 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, gereja akan memberikan wejangan-wejangan baik bersifat teologis maupun praktis (pengalaman gembala) sebagai fondasi dalam membangun sebuah rumah tangga. Saya teringat waktu kami konseling pra nikah, salah satu yang saya ingat adalah gembala sidang Pdt. Okkie memberikan kesaksian bagaimana ia membina rumah tangganya hingga usia pernikahan mendekati setengah abad.

Durasi konseling pra nikah bisa beragam. Tergantung gereja atau denominasi mengatur jadwalnya. Ada yang setahun, enam bulan, tiga bulan.  Bahkan ada yang melakukan konseling pra nikah beberapa hari sebelum hari H.  Ini tergantung proses konseling di antara kedua pribadi dan juga gereja.  

Kedua, Konseling Pasca Nikah

Jika ada konseling pra nikah, maka idealnya harus ada konseling Pasca nikah atau konseling sesudah nikah. Bukan berarti beberapa hari setelah mereka nikah langsung konseling.  Durasinya bisa berkala tergantung bagaimana gereja memprogramkan. 

Konseling Pasca nikah bisa dilakukan per tahun atau per tiga tahun.  Itu sebabnya konseling Pasca nikah ini bisa juga disebut konseling berkala bagi setiap keluarga.  Jadi, gereja jangan tunggu ada masalah baru ke jemaat. Atau sebaliknya, jemaat jangan tunggu masalah sudah numpuk baru datang konseling ke gereja.

Mengapa perlu konseling Pasca nikah? Menurut saya, konseling Pasca nikah adalah bentuk perhatian gereja terhadap pasangan. Pasti ada hal-hal yang berubah. Misalnya proses pengenalan lebih dekat dan intens.  Sebab keduanya telah bersama. Makan bersama, tidur bersama, mandi bersama. Bahkan mereka telah punya keturunan.  

Mungkin sewaktu konseling pra nikah sudah ada bimbingan dan wejangan, tetapi ketika seseorang sudah berkeluarga, kerapkali antara teori dan praktik berbeda.  Bukan karena prinsip dan nilianya berbeda, tetapi bagaimana berespon.   

Selain itu, mungkin ada konflik -konflik yang timbul karena perbedaan semakin tajam atau sulitnya pasangan mengelolanya. Kerapkali pasangan fokus dengan konflik sehingga lupa memikirkan solusinya. Amit-amit mau ke gereja, berdoa aja tidak tenang, apalagi mau ajak keluarga ke gereja. Masing-masing terintimidasi.  Akhirnya saling diam-diam.  

Iblis adalah oknum yang paling senang melihat bahkan semakin propaganda situasi ini. Maka rancangan Allah bagi keluarga pasangan heteroseksual semakin luntur.  JIka ini makin lama pasangan membiarkan, maka tidak menutup kemungkinan pintu perceraian terbuka.  Nah. tentu gereja tidak senang melihat jemaatnya dan keluarga jemaatnya hidup di luar rancangan Allah, bukan.

Gereja perlu lakukan edukasi (pemuridan) berkala tentang keluarga. Topiknya bisa beragam, misalnya tentang kesetiaan, penerimaan, mengelola konflik, parenting, kesehatan fisik, kesehatan mental, kesehatan emosional, relasi.  Topik pun bisa tentang kepemimpinan dan fungsi masing-masing pasangan yang terkesan mulai tidak maksimal, dan sejumlah topik terkait lainnya.

Saya sangat yakin, gereja pasti senang ketika menyaksikan keluarga-keluarga jemaat hidup dalam iman, kesetiaan dan kerukunan. Meski ada konflik, tapi mereka dewasa dalam menyikapi. Mengapa? Sebab jemaat dimuridkan melalui konseling pra nikah bahkan konseling Pasca nikah.

Saya yakin, gereja yang melakukan konseling Pasca Nikah, menjadi bagian bersejarah yang memangkas angka perceraian semakin menurun. Paling tidak dalam jemaat internal yang dilayaninya menghormati pernikahan sebagaimana Janji Nikah yang diucapkan di altar Tuhan, disaksikan Gembala/Pendeta/Romo, serta keluarga dan sidang jemaat.

Ketiga, Konseling Pacaran (Koran)

Konseling Pacaran adalah justru langkah preventif yang sangat penting. Apalagi di jaman now, anak muda begitu gampang mendapatkan relasi melalui pertemanan di media sosial bahkan aplikasi.  Hal ini menjadi perhatian tersendiri baik orang tua maupun gereja.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun