Mohon tunggu...
Kornelis Ruben Bobo
Kornelis Ruben Bobo Mohon Tunggu... Dosen - Pendeta dan Dosen

Olahraga: Bola Kaki, Volly, Futsal, Badminton, Traveling, Makan, Berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Baptisan Roh Kudus: antara Fenomena dan Nomena!

19 Mei 2024   13:45 Diperbarui: 19 Mei 2024   13:47 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lidah-lidah seperti nyala api di atas kepala orang.  sumber gambar: (freepik.com)

Salah satu peristiwa penting dalam iman Kristen terutama gereja beraliran Pentakosta-Kharismatik adalah Ibadah Peringatan Pencurahan Roh Kudus. Peristiwa ini disebut Hari Pentakosta atau Hari Pencurahan Roh Kudus.   Dan hari ini, Minggu, 19 Mei 2024 seluruh Gereja Pentakosta Kharismatik memperingatinya melalui Ibadah Pencurahan Roh Kudus.  

Pertanyaannya adalah apa itu Hari Pentakosta. Hari Pentakosta adalah Hari ke-50 setelah kebangkitan Tuhan Yesus.  Selama 40 hari setelah kebangkitan -Nya, Yesus menampakkan diri kepada para murid-Nya. Kemudian Yesus naik ke sorga. Sepuluh hari kemudian, Janji Bapa, yakni Roh Kudus dicurahkan ke atas para murid dan orang percaya.  

Peristiwa ini dinyatakan dalam Kisah Para Rasul 2:1-4. Berdasarkan teks ini, terdapat 4 fenomena yang menandai turunnya Roh Kudus ke atas para murid dan orang percaya saat itu:

Pertama, turun dari langit suatu bunyi seperti  tiupan angin yang keras memenuhi seluruh rumah di mana mereka duduk (ayat 2). Kedua, tampak kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing (ayat 3). 

Ketiga, mereka penuh dengan Roh Kudus disertai berkata-kata dalam bahasa lain (ayat 3). Keempat, banyak orang bingung, tercengang dan heran akan peristiwa itu hingga memberikan sindiran sedang mabuk oleh anggur manis.

Selain fenomena di atas, sebenarnya ada nomena atau pesan (makna dan tujuan) di balik fenomena tersebut.  Misalnya fenomena pertama, seperti tiupan angin.  Ini gambaran karya Roh Kudus yang tidak terlihat tapi bisa dirasakan.  

Fenomena kedua, seperti nyala api.  Juga gambaran karya Roh Kudus.  Dia yang membakar semangat para murid untuk bersaksi dan memberitakan Injil. 

Lalu fenomena ketiga, penuh dengan Roh Kudus disertai berkata-kata dalam bahasa lain.  Fenomena ini merupakan bahasa misi Allah bagi orang yang yang tidak percaya. Tidak heran mereka tercengang-cengang hingga memberi diri bertobat dan dibaptis.  

Tujuannya agar mendorong orang yang tadinya tidak percaya kemudian menjadi percaya kepada karya Allah yaitu keselamatan (Bdk. 1 Kor. 14:22). Roh Kudus yang digambarkan angin, tidak terlihat secara kasat mata, tetapi kuasa-Nya yang mengubahkan dan menyelamatkan manusia dapat dirasakan.  

Fenomena keempat terkonfirmasi ketika banyak orang akhirnya meresponi khotbah Petrus. Mereka bertobat dan memberi diri dibaptis (Kis. 2:37-40). Tadinya mereka hanya tercengang dan heran bahkan menyindir.   Kemudian berubah menjadi hati mereka sangat terharu 

Ketercengangan ini adalah karya Roh Kudus yang mendesak mereka hingga bertanya kepada Petrus apa yang mereka harus perbuat. Petrus mengarahkan mereka bertobat dan memberi diri dibaptis untuk pengampunan dosa.  Juga untuk menerima karunia Roh Kudus (Kis. 2:38).  

Itulah beberapa fenomena yang terjadi ketika Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta.  Apa yang Petrus lakukan yaitu berkhotbah (Kis. 2:14-40) dan menyembuhkan orang sakit (Kis. 2:1-10) merupakan bagian dari impertasi kuasa Roh Kudus dalam dirinya. 

Demikian juga bagi orang percaya (Kristen) hingga saat ini.  Mereka pun dapat diberdayakan, melayani dengan lebih efektif melalui kesaksian dan pemberitaan Firman Tuhan.  Karya Roh Kudus yang memberdayakan mereka dalam melakukan pelayanan.  

Dalam tradisi Gereja Pentakosta, antara fenomena dan nomena ini sangat memelihara kedua tujuan ini.  Namun, saya mencermati bahwa belakangan ini, orientasi tujuan Pencurahan Roh Kudus mulai bergeser. Di mana tujuan orang percaya dipenuhi Roh Kudus adalah supaya bisa berbahasa roh. 

Hal ini terlihat dari khotbah-khotbah yang saya dengar baik secara langsung maupun melalui media sosial, seperti di youtube, facebook, instagram.  Hingga ada kelompok Pentakosta Kharismatik yang mengajarkan bahasa roh.  Karena ini sesuatu yang serius, salah satu mahasiswi di STT Berea, Salatiga mengambil topik tentang Praktik Penggunaan Bahasa Roh di kalangan Gereja Pentakosta Kharismatik demi meluruskan kembali pada Firman Tuhan.   

Tentu praktek mengajarkan bahasa roh tidak benar.  Karena Alkitab tidak mengajarkan demikian.  Namun, ketika ini dijadikan kebenaran, tidak heran Doa Pentakosta yang biasa dilakukan selama 10 hari akhirnya difokuskan agar jemaat bisa berbahasa roh.   

Sekali lagi, hal ini sangat tidak  tepat.  Secara tidak langsung, jemaat dilatih untuk berfokus pada fenomena daripada nomena. Namun, saya sangat mengapresiasi gereja-gereja Pentakosta Kharismatik yang masih melakukan dengan benar secara Alkitabiah.

Hari ini, saya dan keluarga mengikuti Ibadah Memperingati Pencurahan Roh Kudus di GSJA Bukit Horeb, Salatiga.  Saya sangat menikmati terutama ketika berefleksi tentang pemaknaan Baptisan Roh Kudus. 

Doa dan himbauan dari Pdt. Theli selaku Gembala Sidang mendorong jemaat agar sungguh menyadari bahwa tujuan dipenuhi Roh Kudus adalah untuk bersaksi tentang Kristus dan melayani jiwa-jiwa yang belum diselamatkan dengan lebih efektik.  

Saya menganalogikan dengan makan. Apa tujuan utama orang makan? Jika Anda menjawab untuk kenyang, maka kita berada di kelompok Pentakosta Kharismatik yang lebih menekankan fenomenanya. Namun, kalau Anda menjawab makan untuk sehat dan bisa produktif.  Maka Anda berada di kelompok Pentakosta Kharismatik yang menekan tidak hanya fenomena tapi juga nomenanya.

Keduanya penting bukan? Kita perlu makan. Tapi tujuan utama makan bukan untuk kenyang. Karena kalau tujuannya untuk kenyang, tidak heran banyak orang obesitas. Jika hal ini juga terjadi di gereja -gereja Pentakosta Kharismatik, maka obesitas rohani berpotensi terjadi. Gereja menjadi tidak sehat dan cenderung ekslusif.

Menurut saya, salah satu solusi yang gereja Pentakosta Kharismatik perlu lakukan adalah edukasi, pengajaran yang benar melalui proses pemuridan. Saya apresiasi gereja Pentakosta Kharismatik yang masih memperingati Pentakosta. Bahkan melakukan Doa Pentakosta selama 10 hari.  

Gereja perlu mengisi kesempatan selama 10 hari ini sebagai proses edukasi untuk meluruskan ajaran-ajaran Pentakosta yang mulai bergeser.  Apalagi timbul fenomena-fenomena baik dalam ibadah maupun persekutuan.  

Gereja sangat perlu untuk memberikan pemahaman yang benar sesuai Firman Tuhan. Dengan demikian, jemaat terdidik dalam memahami antara Fenomena dan Nomena. Bagaimana mereka menangkap nomena Tuhan di antara setiap fenomena yang mereka alami.

Pada akhirnya, saya mengucapkan Selamat Memperingati Hari Pentakosta.  Kiranya Roh Kudus terus memberdayakan hidup kita dengan lebih efektif bagi kemulian nama Tuhan Yesus.  Amin 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun