Mohon tunggu...
Kornelis Ruben Bobo
Kornelis Ruben Bobo Mohon Tunggu... Dosen - Pendeta dan Dosen

Olahraga: Bola Kaki, Volly, Futsal, Badminton, Traveling, Makan, Berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Baptisan Roh Kudus: antara Fenomena dan Nomena!

19 Mei 2024   13:45 Diperbarui: 19 Mei 2024   13:47 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lidah-lidah seperti nyala api di atas kepala orang.  sumber gambar: (freepik.com)

Ketercengangan ini adalah karya Roh Kudus yang mendesak mereka hingga bertanya kepada Petrus apa yang mereka harus perbuat. Petrus mengarahkan mereka bertobat dan memberi diri dibaptis untuk pengampunan dosa.  Juga untuk menerima karunia Roh Kudus (Kis. 2:38).  

Itulah beberapa fenomena yang terjadi ketika Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta.  Apa yang Petrus lakukan yaitu berkhotbah (Kis. 2:14-40) dan menyembuhkan orang sakit (Kis. 2:1-10) merupakan bagian dari impertasi kuasa Roh Kudus dalam dirinya. 

Demikian juga bagi orang percaya (Kristen) hingga saat ini.  Mereka pun dapat diberdayakan, melayani dengan lebih efektif melalui kesaksian dan pemberitaan Firman Tuhan.  Karya Roh Kudus yang memberdayakan mereka dalam melakukan pelayanan.  

Dalam tradisi Gereja Pentakosta, antara fenomena dan nomena ini sangat memelihara kedua tujuan ini.  Namun, saya mencermati bahwa belakangan ini, orientasi tujuan Pencurahan Roh Kudus mulai bergeser. Di mana tujuan orang percaya dipenuhi Roh Kudus adalah supaya bisa berbahasa roh. 

Hal ini terlihat dari khotbah-khotbah yang saya dengar baik secara langsung maupun melalui media sosial, seperti di youtube, facebook, instagram.  Hingga ada kelompok Pentakosta Kharismatik yang mengajarkan bahasa roh.  Karena ini sesuatu yang serius, salah satu mahasiswi di STT Berea, Salatiga mengambil topik tentang Praktik Penggunaan Bahasa Roh di kalangan Gereja Pentakosta Kharismatik demi meluruskan kembali pada Firman Tuhan.   

Tentu praktek mengajarkan bahasa roh tidak benar.  Karena Alkitab tidak mengajarkan demikian.  Namun, ketika ini dijadikan kebenaran, tidak heran Doa Pentakosta yang biasa dilakukan selama 10 hari akhirnya difokuskan agar jemaat bisa berbahasa roh.   

Sekali lagi, hal ini sangat tidak  tepat.  Secara tidak langsung, jemaat dilatih untuk berfokus pada fenomena daripada nomena. Namun, saya sangat mengapresiasi gereja-gereja Pentakosta Kharismatik yang masih melakukan dengan benar secara Alkitabiah.

Hari ini, saya dan keluarga mengikuti Ibadah Memperingati Pencurahan Roh Kudus di GSJA Bukit Horeb, Salatiga.  Saya sangat menikmati terutama ketika berefleksi tentang pemaknaan Baptisan Roh Kudus. 

Doa dan himbauan dari Pdt. Theli selaku Gembala Sidang mendorong jemaat agar sungguh menyadari bahwa tujuan dipenuhi Roh Kudus adalah untuk bersaksi tentang Kristus dan melayani jiwa-jiwa yang belum diselamatkan dengan lebih efektik.  

Saya menganalogikan dengan makan. Apa tujuan utama orang makan? Jika Anda menjawab untuk kenyang, maka kita berada di kelompok Pentakosta Kharismatik yang lebih menekankan fenomenanya. Namun, kalau Anda menjawab makan untuk sehat dan bisa produktif.  Maka Anda berada di kelompok Pentakosta Kharismatik yang menekan tidak hanya fenomena tapi juga nomenanya.

Keduanya penting bukan? Kita perlu makan. Tapi tujuan utama makan bukan untuk kenyang. Karena kalau tujuannya untuk kenyang, tidak heran banyak orang obesitas. Jika hal ini juga terjadi di gereja -gereja Pentakosta Kharismatik, maka obesitas rohani berpotensi terjadi. Gereja menjadi tidak sehat dan cenderung ekslusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun