Pemaknaan the power of silent ternyata digunakan di sejumlah tempat meski dengan istilah yang berbeda.  Misalnya, dalam agama Budha, mengajarkan bahwa "There is nothing stronger than the power of silence" (Tidak ada kekuatan yang lebih kuat daripada kekuatan berdiam). Â
Seorang bernama Nitin Namdeo, mengatakan bahwa silent is the best speech you will ever give to fools" (Diam adalah ungkapan terbaik Anda yang tidak pernah bodoh."Â
Dalam dunia olahraga, terutama dalam pertandingan futsal, bola voly dan basket ada yang disebut dengan TIME OUT. Â Apa itu? Â TIME OUT merupakan waktu yang diberikan oleh wasit kepada tim/regu atas permintaan coach/pelatih untuk beristrahat sejenak, yakni 2-3 menit. Â
Apa yang dilakukan dalam TIME OUT? Â Berunding, mengatur strategi, memperbaiki jika terjadi kesalahpahaman atau kurangnya komunikasi yang baik dalam tim sehingga kebobolan dan lost point, setelah itu, baru lanjut bermain. Â Intinya para pemain diam dan lebih mendengarkan masukan-masukan dari pelatihnya. Â Dan biasanya, setelah TIME OUT hasilnya jauh lebih baik dari sebelumnya. Â Bisa juga tetap biasa bahkn lebih buruk karena faktor X. Â
Hal yang cukup mengejutkan lagi di Indonesia, baru pertama kali pada jaman Pemerintahan Presiden RI ke-7, Ir. Joko Widodo, saat Pertandingan Sepakbola Piala Presiden 2016, diberikan waktu untuk WATER BREAK di setiap  pertandingan selama 3 menit.Â
Tujuannya adalah tidak hanya untuk minum air, tetapi kesempatan bagi coach/pelatih dapat memberikan masukan-masukan atau semangat kepada timnya agar memperbaiki kesalahan dan bermain lebih baik lagi pada lanjutan pertandingan.  Intinya pun adalah sama seperti TIME OUT, para pemain mendengarkan masukan-masukan dari sang  coach. Â
Dalam abjad Ibrani, khususnya huruf pertama Ibrani, yaitu Alef disebut Huruf Diam (Silent), kecuali ditambahkan huruf hidup seperti patakh (a), qamets (a), hireq (i), segol (e), shureq (u), holem (o), baru dapat dibaca a, i, u, e, o, dll. Â Hal yang cukup unik dalam abjad Ibrani padahal Alef merupakan huruf yang paling awal.
Kemudian, Nama Allah dalam Ibrani yang terdiri atas 4 konsonan yakni YHWH kerapkali tidak dibaca oleh umat Israel ketika menjumpai kata itu.  Mereka hanya berdiam sejenak, kemudian melanjutkan pembacaan Tauratnya. Sikap berdiam dilakukan karena umat Israel sangat menghargai nama diri Allah tersebut, sakral dan suci.
Kata "SELA" Â dalam kitab Mazmur. Â Jika kita memperhatikan kitab Mazmur saat kita membacanya, maka kita akan menemukan sebuah kata pendek, 4 huruf yang cukup sering muncul terselip di antara ayat-ayat tersebut. Kata tersebut adalah "SELA."Â
Kata "Sela" dijumpai dalam 39 Mazmur dan seluruhnya berjumlah 71 kali. Di luar mazmur hanya terdapat dalam Habakuk, yakni pada pasal 3:3, 9, 13. Â Di beberapa pasal kitab Mazmur istilah ini dijumpai pula sampai 3 kali (Mazmur 3; 32; 46; 66; 68; 77) dan Mazmur 89 bahkan sampai 4 kali. Â
Pertanyaannya adalah sebenarnya apa sih arti kata "Sela" tersebut? Â Pertama-tama kita harus pahami bahwa kitab Mazmur itu berisikan puisi dan syair dari suatu lagu. Dengan demikian, konteks ini membatasi kita untuk tidak mengartikan kata ini secara sembarangan. Â
Kedua, kata "Sela" mempunyai beberapa pengertian, yaitu dalam konteks pujian atau lagu bertujuan untuk Perhentian dalam menaikkan nada lagu atau suara (tanda overtone). Â Selain itu, juga merupakan tanda Perhentian untuk mengangkat mata dan mengulangi kembali dari awal (tanda pemisah lagu). Â
Namun, dalam konteks ibadah, kata "Sela" merupakan tanda bagi umat Tuhan agar membungkuk dan menyentuh tanah dengan dahinya sebagai tanda hormat, penyembahan dan ketaatan kepada Tuhan. Â Ini merupakan salah satu budaya ibadah orang Timur Tengah Kuno, di Israel. Â Dengan demikian, ketika kita menjumpai kata ini, tidak perlu membacanya, tetapi berhenti sejenak. Â (Karena tidak ada juga yang kejar... hehehe). Bila perlu, contohlah seperti orang Israel, berlutut, menyembah, kemudian berdiri dan membaca lagi.Â
Buku Richard J. Foster yang berjudul "Tertib Rohani," menyebutkan salah satu bagian dari Disiplin Berpuasa adalah Puasa Berbicara. Menurut Foster, Disiplin Puasa Berbicara merupakan salah satu disiplin rohani yang menguatkan jiwa, menstabilkan emosi dan membuat kita lebih berhati-hati dan bijak dalam berkata dan kita lebih banyak mendengarkan apa yang Tuhan katakan atau kehendaki dalam hidup kita, ketimbang kita yang terus-menerus berbicara." Â
Itu sebabnya, Foster menghimbau bagi orang-orang yang mempunyai kelemahan khusus dalam hal berbicara (maksudnya bukan cacat ya), tetapi temperamental, perkataannya selalu menyakitkan orang, bercanda yang berlebihan, dll. Â beliau menyarankan untuk melakukan disiplin puasa berbicara. Â Atau mereka yang sedang bergumul tentang sesuatu hal dapat mengambil waktu untuk Berpuasa Bicara, Berdiam diri dan mendengarkan apa yang Tuhan mau dalam hidupnya. Â
Selamat mengalami dampak dari The Power of Silence. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H