Mohon tunggu...
Kornelis Ruben Bobo
Kornelis Ruben Bobo Mohon Tunggu... Dosen - Pendeta dan Dosen

Olahraga: Bola Kaki, Volly, Futsal, Badminton, Traveling, Makan, Berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

The Power of Silence!

5 Mei 2024   19:00 Diperbarui: 5 Mei 2024   19:05 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaannya adalah sebenarnya apa sih arti kata "Sela" tersebut?  Pertama-tama kita harus pahami bahwa kitab Mazmur itu berisikan puisi dan syair dari suatu lagu. Dengan demikian, konteks ini membatasi kita untuk tidak mengartikan kata ini secara sembarangan.  

Kedua, kata "Sela" mempunyai beberapa pengertian, yaitu dalam konteks pujian atau lagu bertujuan untuk Perhentian dalam menaikkan nada lagu atau suara (tanda overtone).  Selain itu, juga merupakan tanda Perhentian untuk mengangkat mata dan mengulangi kembali dari awal (tanda pemisah lagu).  

Namun, dalam konteks ibadah, kata "Sela" merupakan tanda bagi umat Tuhan agar membungkuk dan menyentuh tanah dengan dahinya sebagai tanda hormat, penyembahan dan ketaatan kepada Tuhan.  Ini merupakan salah satu budaya ibadah orang Timur Tengah Kuno, di Israel.  Dengan demikian, ketika kita menjumpai kata ini, tidak perlu membacanya, tetapi berhenti sejenak.  (Karena tidak ada juga yang kejar... hehehe). Bila perlu, contohlah seperti orang Israel, berlutut, menyembah, kemudian berdiri dan membaca lagi. 

Buku Richard J. Foster yang berjudul "Tertib Rohani," menyebutkan salah satu bagian dari Disiplin Berpuasa adalah Puasa Berbicara. Menurut Foster, Disiplin Puasa Berbicara merupakan salah satu disiplin rohani yang menguatkan jiwa, menstabilkan emosi dan membuat kita lebih berhati-hati dan bijak dalam berkata dan kita lebih banyak mendengarkan apa yang Tuhan katakan atau kehendaki dalam hidup kita, ketimbang kita yang terus-menerus berbicara."  

Itu sebabnya, Foster menghimbau bagi orang-orang yang mempunyai kelemahan khusus dalam hal berbicara (maksudnya bukan cacat ya), tetapi temperamental, perkataannya selalu menyakitkan orang, bercanda yang berlebihan, dll.  beliau menyarankan untuk melakukan disiplin puasa berbicara.  Atau mereka yang sedang bergumul tentang sesuatu hal dapat mengambil waktu untuk Berpuasa Bicara, Berdiam diri dan mendengarkan apa yang Tuhan mau dalam hidupnya.  

Selamat mengalami dampak dari The Power of Silence.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun