Akhirnya, anak kami Nael, memberikan sedikit rezeki kepada Ibu Rudiatung. Â Tidak banyak, tapi kami sedang mendidik anak kami untuk menghargai dan peduli serta memberkati orang yang berjuang, seperti Ibu Rudiatung. Â Kiranya beliau sehat-sehat dan rezeki dari Allah atas hidup dan kedua anaknya. Â Kami berharap, sewaktu-waktu bisa berjumpa dengan beliau lagi.
Istri saya, Valentia berusia 30 tahun, penasaran dengan cara Ibu Rudiatung memikul kayu bakar tersebut.  Kemudian ia ijin, kalau boleh Ibu ajarkan bagaimana cara memikul dan ia ingin membuktikan seberapa kuat ia memikul kayu bakar tersebut.  Lalu, ia diajarkan secara langsung (praktek) bagaimana cara memikulnya dengan menggunakan tali.  Dari ekspresi wajahnya, Ibu Rudiatung terlihat sangat senang dan bahagia mengajarkannya bahkan sembari senyum dan tertawa.   Sementara kedua anak kami menyaksikan langsung moment ini. Jadi, penasaran apa yang mereka pikirkan ketika melihat Ibu Rudiatung dan Mamanya!
Saya berinisiatif mengabadikan moment langkah itu sembari memberikan semangat. Â Puji Tuhan, istri saya pun berhasil memikul. Saya tanya: gimana hasian? (Bahasa Batak, panggilan akrab saya ke istri artinya sayang). Â "Berat katanya, Â Ibu Rudiatung lebih hebat dan kuat," sembari memperlihatkan ekspresi antara ceria dan ngap. Wkwkwkw. Â Istri saya beberapa kali mengatakan kepada Ibu Rudiatung, kalau Ibu hebat ya!Â
Kami akhirnya berpamitan dengan Ibu Rudiatung, bersalaman dan kedua anak kami pun bersalaman dengannya. Â Meskipun Ibu agak menolak anak kami mencium tangannya karena ia merasa tangannya kotor dan berkeringat, tapi kedua anak kami tetap mencium tangannya. Â Yang mengejutkan buat kami adalah Ibu Rudiatung, berespon seperti mendokan kami: Trima kasih ya buat rezekinya, mudah-mudahan dilancarkan terus pekerjaannya, dan keluarganya sehat-sehat. Â Kami pun menyahut amin, amin, amin.Â
Pengalaman perjalanan di perkebunan karet dan perjumpaan yang tidak secara kebetulan dengan Ibu Rudiatung telah memberikan beberapa pembelajaran kepada kami. Â Paling tidak ada tiga hal. Â
Pertama, Allah telah menciptakan alam dengan sangat baik dan indah. Â Tinggal manusia, perlu mengelola dengan tepat supaya produktif dan bermanfaat sesuai fungsinya (Kej. 2:15). Â
Kedua, anak-anak adalah pribadi yang terus bertumbuh dengan gambar diri yang benar. Â Maka berinteraksi dengan alam adalah salah satu cara agar kita memperkuat kecintaan anak-anak pada alam, dibandingkan dengan anak-anak lain yang cenderung di kamar dan bermain gadget. Â
Ketiga, anak-anak perlu dididik dan diberikan contoh secara langsung, bagaimana menghargai, memperdulikan bahkan membagikan seberapa pun rezeki yang kita miliki. Â Mereka dapat belajar untuk tidak menjadi anak-anak yang egois, tetapi suka berbagi.
Keempat, setiap suami perlu sadari bahwa sepeninggalannya, sang istri tidak berdiam diri, tetapi ia terus berjuang untuk keberlangsungan hidupnya dan masa depann anak-anaknya. Â
Akhirnya, melalui kesempatan ini, saya secara pribadi mengucapkan Selamat Hari Kartini, kepada beberapa wanita terhebat dalam hidup saya: Mama saya, Ibu Yuliana Daido Yaka, kedua saudari perempuan saya: Naomi Soli Padaka dan Yublina Wolla Bulu; istri saya: Valentia; Mami Mertua saya: Ibu Hernawati Sianturi, juga kepada seluruh Wanita atau Ibu di berbagai belahan dunia, termasuk Ibu Rudiatung yang kami jumpai dan mereka semua telah berkontribusi untuk kehidupan yang berkelanjutan.Â