Mohon tunggu...
Kopi santri
Kopi santri Mohon Tunggu... Lainnya - Berpeci pecinta kopi

Membaca atas nama Tuhan, Menulis untuk keabadian, Bergerak atas dasar kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dampak Pandemi terhadap Ekonomi hingga Terjadinya Inflasi

5 Maret 2022   17:40 Diperbarui: 5 Maret 2022   17:53 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis: Reyke Mayang Safitri

Beragam fakta dan fenomena menarik kerap kali terjadi di sekitar kita. tidak jarang kita menjumpai beragam peristiwa dari yang unik sampai kerap kali membuat panik, dari yang bias hingga memanas. salah satunya yakni kejadian yang akhir-akhir ini menggencarkan dunia internasional sampai lingkup nasional pun ikut terkena dampaknya yakni peristiwa pandemi sampai inflasi yang mempengaruhi sekte ekonomi.

Pada dasarnya Perekonomian merupakan hal yang cukup krusial dalam parameter kesejahteraan dan kemajuan suatu negara. Dimana perkembangannya memberikan dampak yang cukup signifikan mulai dari lapisan terbawah hingga pemegang kekuasaan tertinggi. Kerap kali, perkembangan suatu negara dapat dilihat berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita yang berasal dari sektor perekonomian.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia memiliki PDB per kapita mencapai Rp 62,2 juta US$4.349,5 pada tahun 2021 lalu. Hal ini dapat diartikan perekonomian di Indonesia meningkat sebanyak 3,69 persen dibanding tahun sebelumnya. Meskipun dalam kondisi pandemi  Covid-19  yang belum mereda di Indonesia, dan terus semakin parah ditambah adanya varian terbaru Omicron yang terdektesi di Indonesia, mulai 27 November 2021.

Sejak Covid-19 mulai masuk ke Indonesia pada Maret 2020, Pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pembatasan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) menjadi salah satu upaya untuk memutus mata rantai penyebaran virus SARS-Cov-2 atau yang lebih dikenal dengan Covid-19.

Saat pandemi melanda, perekonomian di Indonesia kian melesu, kegiatan industri perdagangan seolah kehilangan kendali, permasalahan bertambah ketika harga pangan pokok mengalami lonjakan yang cukup fantasis. Harga bahan pokok merupakan salah satu indikator dari lajunya pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Indeks harga pangan bersifat fluktuasi atau sederhananya grafik presentase harganya selalu naik turun. Akibat kondisi tersebut, hal ini berpengaruh  besar pada pelaku pasar.

Para konsumen yang sebagian besar adalah Ibu Rumah Tangga (IRT), merasa kesulitan untuk menyesuaikan harga pangan pokok dan juga kebutuhan rumah tangga lainnya. kondisi kurangnya lapangan kerja, harga pangan yang terus melambung, membuat mereka harus pintar memutar otak, dan memanajemen keuangan yang telah diberikan.

Pemerintah terus memberikan upaya untuk melakukan evaluasi dan proses rehabilitas harga agar kenaikannya tidak telalu melambung dengan melakukan Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok (SP2KP), dengan sistem ini diharapkan dapat meminimalisir lonjakan harga yang meresahkan masyarakat. Setidaknya permasalahan lajunya kenaikan harga pangan pokok bisa ditanggulangi dan daya jual maupun beli meningkat. Sehingga, perekonomian Indonesia menjadi lebih sehat.

Kenaikan harga barang pokok yang teranyar, ialah kenaikan harga LPG non subsidi seperti Bright Gas, kenaikan ini dipicu karena penyesuaian kenaikan Contract Price Aramco (CPA) sebesar 21 persen, dikarenakan dampak dari kondisi geopolitik yang memanas antara Rusia dengan Ukraina. Kondisi pandemi yang belum mereda, ditambah lagi dengan invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan kegiatan perekonomian dunia, khususnya Indonesia turut terkena dampak buruknya.

Harga bahan pokok yang melambung memliki beberapa indikasi yang dapat menjadi alasan mengapa harga pangan pokok mengalami fluktuasi diantaranya adalah:

1. Faktor Cuaca, kondisi cuaca yang tidak konsisten membuat hasil panen yang dihasilkan pun tidak selalu baik, bahkan tidak jarang petani harus mengalami gagal panen.

2. Kemungkinan adanya permainan illegal oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab, seperti pemasok barang, pedangan dan lain sebagainya. Dengan cara sengaja menumpuk barang.

3. Terjadinya kenaikan biaya transportasi proses pengangkutan bahan pangan pokok yag memicu pertambahan biaya terhadap proses pemerolehan barang.

Faktor-faktor penyebab terjadinya kenaikan harga pangan pokok tersebut memang disinyalir berasal dari faktor alami dan juga perbuatan oknum yang ingin mencari keuntungan didalamnya. Peristiwa kenaikan harga bahan pokok ini sebetulnya dapat dikendalikan dengan stabilisasi harga serta melakukan pengawasan dan kontrol lapangan terhadap saluran distribusi barang, dilanjungankan dengan operasi pasar atau proses sidak ke lapangan.

Fenomena ini dapat dikatakan sebagai salah satu fenomena inflasi, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2022  inflasi tertinggi terjadi di Kupang sebesar 0,65 persen dengan IHK sebesar 107,17 dan terendah terjadi di Tanjung Selor sebesar 0,01 persen dengan IHK sebesar 106,29.

Kesulitan yang dialami oleh masyarakat akan semakin mencekat, perosoalan pandemi yang belum mereda ditambah lagi, banyak dari mereka yang harus kehilangan lapangan pekerja , dan minimnya sumber daya manusia yang berkualitas akan membuat kondisi perekonomian masyarakat Indonesia belum kunjung membaik. 

Permasalahan semakin rumit dikarenakan konflik geopolitik yang memanas antara Rusia dan Ukraina, yang menyebabkan invasi besar-besaran sehinga, berdampak pada harga pangan pokok di berbagai daerah khususnya Indonesia.

Solusi terbaik pada kasus perekonomian yang kian meradang akibat lonjakan yang fantasis, dan sulit diterima oleh masyaraka, yaitu dengan melakukan evaluasi akibat inflasi, serta memaksimalkan hasil bahan pangan yang berasal dari dalam negeri. Serta meminimalisir penyebab inflasi , dengan menekan harga bahan pokok yang melambung menjadi kembali ke harga normal.

Pemerintah Indonesia dan beberapa negara di dunia juga berharap kondisi konflik antara Rusia dan Ukraina segera menemukan titik perdamaian, kondisi pandemi yang melanda juga segera terselesaikan, agar perekonomian kembali normal dengan harga yang tidak memberatkan masyarakat Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun