Melupakan bukanlah sesuatu yang mudah. Ketika sang malaikat baik dan malaikat jahat berdebat, haruskah kulupakan dirinya, atau tetap mengingat dirinya dalam mimpi , menyisakan rasa sakit dan kecewa yang begitu mendalam. Masa itu telah jauh meninggalkan diriku. Kenangan masa lalu yang kelam yang berada di belakangku, kini mulai menyusulku dan menghadang di depanku. Kini, aku berlari, bersama masa kini, dan masa lalu yang mulai kembali mendekatiku, dan mengejar sang masa depan.
Haruskah aku melupakan dirimu ?
Terus aku berlari meninggalkan masa lalu di belakangku, dan mengejar masa depan yang selalu berlari lebih cepat dariku. Seberapapun cepatnya aku berlari, ia selalu lebih cepat dariku. Hanya masa lalu yang seringkali menyusulku dan kemudian menggamit tanganku untuk berlari bersama masa lalu. Kutatap masa lalu itu begitu dalam. Begitu hening. Ada rasa sayang dan cinta yang berada di dalam diri masa lalu itu.
Ah, aku terlena dengan masa lalu.
Ketika ia mulai memberikan pesona masa lalu yang begitu indah, aku sadar bahwa masa depan berlari sangat jauh di depanku, hingga nyaris aku tak bisa melihat dimana sang masa depan itu berlari. Entah berapa jauh ia berlari. Kucoba melepaskan tanganku dari masa lalu. Namun, ia menggenggam tanganku begitu erat. Ia menatapku tajam, dalam. Ada rasa yang kau rindukan di dalam diriku, ucapnya. Aku hampir tak bisa menolak menggenggam erat tangannya, bahkan justru semakin erat kugenggam tangannya.
Sang masa kini, yang selalu berlari di sampingku, menyadarkanku.
Kau tak bisa menggenggam masa lalu terus.
Ingatlah, aku selalu berlari bersamamu.
Apakah kau mau tinggal bersama masa lalu ?
Atau bersama diriku, mengejar masa depan yang selalu berlari di depanmu ?
Usiamu akan termakan bersama masa lalu.
Ia tak bisa diubah, Ia hanya kenangan yang perlu kau lihat.
Tak perlu kau lupakan masa lalu.
Berlarilah bersamaku dengan mengingat masa lalu untuk mengejar masa depan.
Perlahan, genggaman tanganku bersama sang masa lalu semakin melemah. Matanya terlihat sayu, mengingat kenyataan bahwa aku akan melepaskan dirinya di belakangku, aku akan meninggalkannya. Perlahan, air matanya mulai mengalir.
” Kau tak akan aku lupakan, masa lalu. Apa yang kau ajarkan selama ini akan membantuku mengejar masa depan. Marilah kita berlari bersama, masa lalu, dan masa kini. Kita bersama – sama mengejar masa depan. “
Perlahan, senyumnya yang semula mulai hilang dari raut wajahnya, kini kembali lagi menghiasi wajahnya. Dengan bahagia, ia rela berlari bersama masa kini, dan diriku, saling menjalin jari – jari , mengisi kekosongan satu sama lain, menyatukan kekuatan, untuk berlari mengejar sang masa depan, yang tak akan pernah berhenti berlari, selalu menatap ke depan, dan tak pernah menatapku.
Kini, aku berlari bersama masa lalu, masa kini. Bersama – sama, menuju cahaya itu …
ditulis juga di: lobbyasrama.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H