Idealnya, emisi dan jejak karbon yang dilepaskan ke alam haruslah seimbang dengan kemampuan alam untuk menetralkan.Â
Kenyataannya, emisi yang dilepaskan sudah melampaui kemampuan lingkungan alami untuk menciptakan keadaan homeostasisnya.
Tetapi, janganlah berputus asa. Makhluk hidup itu selalu memiliki perilaku tersendiri untuk berusaha menciptakan kondisi homeostasis yang positif dalam ekosistemnya. Manusia akan menyintas!
Homeostasis daur hidup rumahan saya ini adalah hasil refleksi LCA (Life Cycle Assessment) yang dioprek setingkat asesmen rumahan.
Langkah-langkah asesmen rumahan ini cukup berpotensi untuk mengurangi pemanasan global, potensi penipisan ozon, potensi pengasaman, potensi eutrofikasi, dan potensi fotokimia yang merugikan dengan syarat adanya andil personal di rumah masing-masing.
Semua itu nantinya dapat diharapkan mempunyai tujuan akhir yang bisa dan mampu berkelanjutan (sustainabilitas tinggi).Â
Asesmen daur hidup rumahan ini akan berpadu dengan homeostasis ekosistem untuk membentuk keseimbangan dinamis guna mendukung net zero emissions dalam hal andil memangkas jejak karbon.
Unsur asesmen daur hidup rumahan yang pertama yaitu geografis. Yaitu tentang bagaimana aktivitas rumah mempunyai dampak yang berbeda-beda yang bergantung pada lokasi bangunannya.
Hunian di daerah dingin kawasan tropis tentunya lebih memiliki jejak karbon rendah jika dibandingkan dengan rumah di daerah panas dengan AC atau kipas anginnya.
Asesmen tentu lebih fokus pada hunian dengan geografis panas. Bagaimana ketat dan disiplin untuk mengatur jam operasi AC dan kipas angin dengan selingan buka jendela lebar-lebar pada momentum yang memungkinkan, seperti di pagi buta.
Tak lupa juga berbijak jam operasi alat-alat elekronik lainnya, semisal selingan cuci manual terhadap desing putaran elektrik mesin cuci. Sit Less, Get Active!