Ataukah dari logam seperti verples-nya tentara jadul tempo dulu?
Akankah juga saya akan memilih tempat air dari kulit binatang ala qirbah gaya gipsi yang eksotik itu?
Sebelum semua terjawab, keburu tangan saya beranjak mengambil bekal kudapan.Â
Beberapa kue basah tanpa kemasan plastik. Pembungkus daun pisang berusaha mendominasi bekal logistik.
Tentang rasa? Anggap saja ini kudapan ramah lingkungan yang enak. Walau bentuknya sudah penyok tak keruan.
Sambil kunyah-kunyah kudapan, saya memandang sepatu yang sudah tak bersih lagi.Â
Bahannya juga sintetis, seperti yang sudah-sudah, agar kuat menapak medan terjal dan tahan air.
Haruskah tanpa alas? atau pakai terompah kayu saja?
Sebelum semua terjawab, dengan cepat saya ambil gawai dan mengarahkan kameranya. Jepret! Lumayan untuk postingan.Â
Sambil nyengir sendiri, jemari ini bergerak usap layar gawai. Mencari sebuah aplikasi untuk menghibur diri.
Ini bukanlah aplikasi arus utama sosialita urban, tapi aplikasi pengukur jejak karbon personal (carbon footprints meter), yang kini sudah banyak tersedia di pasar aplikasi.