1. Soft Tafsir yakin, bagaimana bisa paham dengan sempurna tentang nasikh mansukh kalau Al-Qur'an dipahami secara parsial dan via terjemah.
2. Soft Tafsir tetap bertahan pada keadaan asli ayat baik lafaz dan maknanya dengan sikap mempelajari dahulu dengan hati-hati ayat per ayat yang dianggap atau tertuduh kontradiktif.
3. Soft Tafsir tidak mengenal ayat kontradiksi. Soft Tafsir menerima ikhtilaf nasikh mansukh sebagai wahana observasi yang lebih lanjut.
Gramatikal
1. Maa nansakh Min ayaatin (Ayat mana saja yang Kami nasakh-kan)
Merupakan gabungan antara isim syarat pada lafaz "maa" dan susunan jar wa majrur (prepositional phrase) pada lafaz "min ayaati".
2. Au nunsihaa (ataupun Kami jadikan lupa kepadanya)
Merupakan gabungan antara harfun athof (penghubung) pada lafadz "au" dan ma'tufah untuk "nansakh" pada lafaz "nunsihaa".
3. Na'ti bi khirin (Kami datangkan yang lebih baik)
Merupakan gabungan antara jawabul syarat pada lafaz "na'ti" dan susunan jar wa majrur (prepositional phrase) pada lafaz "bi khairin" yang mutha'alaq (terkait) dengan lafadz "na'ti".
4. Minhaa au mitslihaa (daripadanya atau yang semisal)
Merupakan gabungan antara susunan jar wa majrur (prepositional phrase) yang muta'alaq (terkait) dengan lafaz "bi khairin". Serta 'athof pada lafaz "au mitslihaa".
5. Alamta'lam annallooh (tiadakah kamu mengetahui bahwa Allah)
Merupakan gabungan antara harfun hamzah istifhamiyah (pertanyaan) dan fi'il mudhori'.
6. 'Ala kulli syai'in qodir (kuasa atas segala sesuatu)
Merupakan susunan jar wal majrur (prepositional phrase) dan khobar.
Tafsir
1. Nasikh-mansukh erat hubungannya dengan dhorof makan wal jaman (keterangan waktu dan tempat).
2. Berhati-hatilah dalam mempelajari bab nasikh-mansukh sebab rawan akan penyalagunaan dan pelecehan ayat.
3. Nasikh dan mansukh hanya berlaku pada ayat-ayat yang mengandung perintah (amr) dan larangan (nafiyah).
4. Nasikh dan mansukh tidak berlaku pada ayat-ayat berita, ististsna (pengecualian).
5. Ayat-ayat nasikh (yang dihapus) banyak diturunkan di Mekkah (Makiyyah).
6. Ayat-ayat mansukh (pengganti) banyak diturunkan di Madinah (madaniyyah).
7. Adanya Nasikh dan Mansukh tidak mengurangi kesucian al Qur'an.
8. Nasikh dan Mansukh ayat bukanlah hasil dari gejala kontradiksi per-ayat, namun adanya sifat fleksibelitas al-Qur'an.
9. Nasikh adalah Allah Swt. Artinya, otoritas menghapus dan menggantikan hukum syara' hakikatnya adalah Allah Swt. Definisi ini didasarkan pada Al-Baqarah : 106
10. Imam Ghazali: bahwa esensi taklif (beban tugas keagamaan) sebagai suatu kebulatan tidak mungkin terjangkau oleh nasikh.
11. Selanjutnya, Syekh Asshabuni mencuplik pendapat jumhur ulama bahwa nasikh hanya menyangkut perintah dan larangan, tidak termasuk masalah berita, karena mustahil Allah Swt berdusta.
12. Imam Thabari mempertegas, nasikh mansukh yang terjadi antara ayat-ayat Al-Qur'an yang mengubah halal menjadi haram, atau sebaliknya, itu semua hanya menyangkut perintah dan larangan, sedangkan dalam berita tidak terjadi nasikh-mansukh.
13. Nasikh dan mansukh bukan kelemahan Al-Qur'an.
14. Berhati-hatilah dalam mempelajari bab nasikh mansukh.
Referensi: