Olahraga ini cukup murah meriah, dapat dilakukan kapan saja. Tidak memerlukan peralatan khusus yang mahal dan juga tak perlu tempat khusus yang ribet.
Saat ini olahraga lari sudah menjadi tren positif masyarakat Indonesia untuk menjaga kebugaran tubuh. Termasuk di Bulan Ramadan sekarang ini pun masih banyak masyarakat yang tetap aktif lari walau sudah dimodifikasi tempatnya, terkait dengan PSBB Covid-19.Â
Modifikasinya cukup sederhana. semisal lari di lahan-lahan sekitar rumah seperti halaman rumah, ataupun tempat kosong lainnya yang aman atau memakai peralatan pendukung seperti  treadmill dan lainnya.Â
Yang terpenting bagi pelari amatir ataupun profesional adalah menjaga momentum. Artinya, siap menjaga kedisiplinan dan rutinitas. Sekali mogok dan malas-malasan, maka susah untuk kembali ke performa awal. Termasuk cara siasati keadaan yang mendorong turunnya performa dan perusak momentum.Â
Runtuhnya momentum banyak penyebabnya, semisal kesibukan, cuaca dan halangan lain seperti datangnya Bulan Ramadan. Apalagi ditambah dengan keadaan yang tak kondusif seperti di atas, tak pelak lagi olahraga lari mengecil daya jangkauan jaraknya.Â
Bagaimana menyiasatinya?
Sebagaimana disebutkan di atas bahwa sebenarnya tidak terlalu besar perbedaan lari di hari biasa dengan lari di Bulan Ramadan. Yang terpenting bagaimana manajemen hidrasi (asupan air) agar terhindar bahaya dehidrasi (kekurangan cairan). Kemudian perlu juga untuk memperhatikan pola makan, khususnya  yang banyak mengandung protein dan karbohidrat.Â
Untuk mengetahui selisih tersebut, ada beberapa data sederhana dan eksperimen yang pernah saya lakukan.