6. Harfun wawu 'athof (konjungsi.conjunction) dan fi'il mudhori' (progressive/progresif) beserta fa'ilnya (the doer/pelaku) pada lafadz "watuslihu".(dan adakan ishlah).
7. Dhorof makan (keterangan tempat/adverb of time) dan mudhof ilaih (possessive adjective/kepunyaan) pada lafadz "bainannaasi"(diantara manusia).
8. Harfun wawu isti'nafiyah (awalan/ibtida'iyah), lafadz jalallah,(lafadz Agung) dan dua khobar (predicate/predikat) pada lafadz "wallaahu sami'un 'aliim" (Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).
Tafsir
1. "Saya ingin diampuni Allah," kata Abu Bakar menyambut turunnya ayat: "Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi kepada kaum kerabat, orang-orang miskin dan para Muhajirin pada jalan Allah dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tak ingin Allah mengampuni kamu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS 24: 22)
2. Ayat di atas menjadi teguran untuk Sayyidina Abu Bakar. Beliau memang pernah bersumpah atas nama Allah untuk menghentikan bantuan (menarik donasi terbaik) kepada Misthah yang selama ini sering ditolongnya.
3. Janganlah bersumpah atas nama Allah untuk tidak memberi bantuan karena orang yang bersangkutan pernah melakukan kesalahan atau karena ketersinggungan pribadi.
4. Hendaknya orang yang berkelebihan itu berhati besar dan sebaiknya mereka memaafkan dan berlapang dada serta meneruskan saluran donasi terbaiknya.
5. Ayat lisensi dan pembersihan nama Sayyida 'Aisyah atas berita bohong selingkuh :
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. (An Nuur 11)
6. Hikmahnya adalah terbongkarnya kelompok nyinyir.