Semua dimaafkan, malahan Sayyidina Abu Bakar ra yang kena tegur ayat, hal ini menunjukkan kelembutan Islam kepada yang bersalah sekalipun, dan jangan simpan dendam serta rasa dongkol berkepanjangan, wah, ini berat.
Ditambahkan oleh ibnu Jarir bahwa sebab turunnya ayat 224 ini adalah :
Ketika Abu Bakar r.a. bersumpah dengan menyebut nama Allah, bahwa ia tidak akan membantu lagi seseorang yang bernama Mistah (sang penyebar isu) yang secara sengaja menyebarkan kabar bohong serta menjelek-jelekkan nama Sayyida Aisyah r.a. istri Rasulullah Saw.
Kemudian sikap Sayyidina Abu Bakar dilembutkan oleh ayat Qur'an sebagai sebuah teguran pada ayat di bawah ini :
Jangahlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu sebagai penghalang untuk berbuat kebajikan, bertakwa dan mengadakan ishlah di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah 244)
Gramatikal
1. Harfun wawu ist'nafiyah (awalan/ibtida'iyah), harfun lam nahiyah (negasi), fi'il mudhori' (progresif/progressive) dan lafadz jalallah (lafadz agung) pada lafadz "walaa taj'alullooh" (jangan kamu jadikan nama Allah).
2. Maf'ul bih (obyek/object) pada lafadz " 'urdhotan"(sebagai penghalang).
3. Jar wal majrur (prepositional phrase/frasa preposisi) dan dhomir (pronoun/kata ganti) pada lafadz "liaymanikum" (dalam sumpahmu).
4. Harfun masdariya , fi'il mudhori'(progresif/progressive) dan fa'ilnya (the doer.pelaku) "antabarruu" (untuk berbuat kebajikan).
5. Harfun wawu 'athof (konjungsi/conjunction) dan fi'il mudhori' (progressive/progresif) beserta fa'ilnya (the doer/pelaku) pada lafadz "watattaquu" (dan bertaqwalah).