Nalar politiknya mampu mengembangkan strategi legitimasi kompleks hingga melampaui batas wilayah teritorial sebuah negara kuasi yang sangat terbatas itu guna membangun hubungan dengan pihak asing.
Tepat pada tanggal 14 April 1988 kekuasaan Soviet di ambang kehancuran dan siap menandatangani perjanjian Jenewa. Konsekuensi dari perjanjian tersebut adalah menarik pasukannya dari Afghanistan.
Abdullah Masoud diduga ditawari posisi menteri pertahanan di rezim komunis, serta diberi kepemimpinan wilayah otonom timur laut yang akan dibentuk. Namun, dia menolak kedua tawaran itu. Baginya sebuah negara kuasi lebih berwibawa daripada menjadi anjing penjajah.
Walupun berjasa dalam merintis negara kuasi, Abdullah Masoud hanya menduduki menteri pertahanan melalui perjanjian Peshawar, sebuah perjanjian bagi-bagi kekuasaan yang ditandatangani oleh para pemimpin politik utama di pengasingan Pakistan pada tanggal 24 April 1992.
Mulai saat itu pula Abdullah Masoud bersama Presiden Burhanudin Rabbani mulai mengendalikan Ibu Kota Kabul. Dengan demikian mereka diakui oleh masyarakat internasional sebagai pemerintah resmi Afghanistan. Walaupun hanya sebatas negara kuasi.
Meskipun mereka tidak dapat memenuhi tuntutan kenegaraan empiris. Namun, cukuplah lantang untuk menjadi perwakilan sebuah negara kuasi (quasi-state). Sehingga model quasi-state ala Abdullah Masoud diakui internasional, namun tidak mempunyai kedaulatan de facto.
Tepat pada September 2001, Abdullah Masoud dibunuh oleh agen al-Qaeda. Presiden Afghanistan, Hamid Karzai akhirnya menganugerahkannya sebagai Pahlawan Nasional Afghanistan.Â
Referensi:
Jamestown.org, The Age of The Warlord is Coming to an End in Afghanistan
Gsdrc.org, State and Quasi Stata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H