Lain halnya dengan warlord yang bergelar Singa Panjshir ini. Dia berusaha mendapatkan kemenangan yang lebih besar. Abdullah Masoud selalu memiliki visi nasional daripada hanya puas pada ambisi regional.
Visi nasional ini bertujuan untuk merebut dan memusatkan kekuasaan. Sesuatu yang selalu konsisten dia perjuangkan ketika diplomasi ke luar negeri.
Kepuasan baginya adalah paling tidak mampu merintis sebuah negara kuasi. Hanya dengan negara kuasi dapat diwujudkan sebuah negara empiris yang berdaulat penuh (sovereign state).
Dengan memiliki seorang warlord yang mempunyai nalar politik tajam dan berkualitas, maka sebuah quasi-state yang didambakan mempunyai keistimewaan.
Nalar politik yang cemerlang itu diwujudkan sebagaimana disebut di atas dengan usaha menjalin hubungan diplomasi khusus yang disebut wartime diplomacy.
Kalimat yang tepat untuk mendefinisikan kata majemuk wartime diplomacy adalah rebellions rarely succeed without foreign support (pemberontakan jarang sukses bila tidak didukung oleh kekuatan asing).
Sebagaimana definisi umum bahwa negara kuasi (quasi-state) adalah sebuah entitas politik yang tidak mewakili negara yang berdaulat. Namun, pemerintahan negara kuasi sepenuhnya sudah memiliki otonomi. Termasuk yang diperjuangkan oleh Abdullah Masoud ini.
Dia mampu memanfaatkan fungsi bangsa (nation)Â dengan sekelompok besar orang yang terhubung oleh sejarah, budaya atau kesamaan lainnya untuk menggalang kekuatannya.
Biasanya seorang panglima perang tidak dianggap sah di kancah politik domestik dan juga dipandang tidak relevan di kancah internasional. Namun tak berlaku bagi Abdullah Masoud.
Karier politik Ahmad Shah Abdullah Masoud yang sukses ini dapat dikaitkan dengan berbagai faktor. Selain mampu melakukan wartime diplomacy dengan baik, dia juga seorang pemimpin yang karismatik dengan kemampuan bertahan hidup serta mahir taktik perang gerilya.
Dia juga mampu memproyeksikan otoritas secara eksternal melalui pengembangan bentuk diplomasi khasnya.