Mohon tunggu...
Yohanes R. Setiawan
Yohanes R. Setiawan Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Bisnis dan Pemasaran

Konsultan Independent, Marketing Planner, Praktisi BMC, Brand Advisor, Internal Auditor ISO 9001 : 2015. website Konsultanniaga.com , IG : @elnusaconsulting , @hallo_robby saya akan mencurahkan keresahan saya terhadap dunia bisnis pada masa sekarang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Untuk Para Wanita Tangguh yang Memiliki Peran sebagai "Single Parent"

14 Maret 2021   21:32 Diperbarui: 15 Maret 2021   21:21 1887
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain faktor mencari biaya hidup sendirian, seorang ibu single parent rentan dibicarakan tentang hal - hal yang tidak benar oleh orang lain, sehingga seorang ibu single parent terkadang lebih menutup diri dari pergaulan untuk menghindari omongan - omongan yang tidak benar dari para tetangga ataupun orang disekitarnya, terlebih jika ibu tersebut masih berumur muda sehingga rentan mendapatkan omongan / gossip dari para tetangga. 

Padahal seorang Ibu Single Parent juga manusia biasa, yang jika boleh memilih tentu dia tidak mau berada di posisi tersebut, namun keadaan sudah terjadi sedemikian dan dia tetap memilih untuk menjalani keadaannya tersebut, dan secara manusiawi seorang wanita membutuhkan pendamping hidup yang bisa menjadi kepala rumah tangga untuk dia dan anak - anaknya. 

Namun hal tersebut tidaklah mudah, seorang ibu single parent takut bagaimana jika lelaki yang mendekatinya memiliki niat yang tidak tulus terhadap dirinya dan hanya mau memanfaatkan dirinya semata, bagaimana jika lelaki tersebut tidak menyayangi anak - anaknya, bagaimana jika lelaki tersebut menghianati dia dikemudian hari, dan lain sebagainya, hingga takut tidak mendapatkan restu dari calon mertua yang baru atau bahkan lelaki yang dia pilih tidak disukai oleh anak - anaknya.

Namun dibalik berbagai kesulitan - kesulitan tersebut, seorang ibu single parent berhak untuk bahagia, berhak untuk menginginkan pasangan baru yang kelak menemaninya hingga usia tua, ataupun ingin hidup sendiri hingga akhir hayat, semua itu hak penuh atas seorang diri wanita walaupun dia seorang single parent. jika ada seorang ibu single parent yang membaca tulisan ini, 

Saya ingin berpesan, "mom, anda berhak bahagia, anda adalah wanita tangguh, kelak anak - anakmu akan bangga kepadamu, bahagialah sesuai keinginanmu, jangan dengarkan apa kata orang lain".

Anak dari Orang Tua Single Parent

Ada diposisi ini tidaklah mudah, saya telah menjalaninya kurang lebih 11 tahun, hidup bersama seorang ibu yang berjuang sendirian, dan ayah yang tinggal dikota yang berbeda. 

Ketika kedua orang tua bercerai, kesulitan tidak hanya dirasakan oleh kedua pasangan suami istri namun dialami juga oleh seorang anak, sering kali anak menjadi jembatan komunikasi antara ayah dan ibunya yang tidak mau berkomunikasi secara langsung. sehingga seringkali amarah - amarah itu tersampaikan keanak - anak untuk disampaikan ke orang tuanya. 

Hal itu tidak lah mudah, belum lagi dalam pergaulan atau kehidupan sosial seorang anak, tidal lagi bisa merasakan kebersamaan seperti yang dirasakan oleh teman - temannya, mulai dari hal sederhana seperti jalan - jalan bersama kedua orang tua, foto bersama, makan bersama dan lain - lain, semuanya akan berbeda, sampai ke hal - hal yang berat seperti memikirkan masa depannya.

Bagaimana nanti jika ingin menempuh pendidikan tinggi, apakah ibu bisa membiayainya sendirian, atau perihal keluarga yang acuh tak acuh terhadap kondisi ibu nya, belum lagi minder terhadap teman maupun pasangan karena berasal dari keluarga yang diistilahkan dengan "Broken Home" dan lain sebagainya. 

Namun hal tersebut tidak seberapa dibandingkan ketika harus menerima kehadiran orang baru yang ingin menjalin hubungan dengan ibunya, tetapi sikapnya tidak baik terhadap dirinya maupun ibunya, hal tersebut bisa menimnulkan kedengkian terhadap kehadiran orang baru diantara mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun