Terkadang kita juga tidak dapat mengatur jatuh cinta pada siapa. Bisa saja kita jatuh cinta dengan tipe orang yang jauh berbeda dengan harapan kita selama ini kan? Bahkan, jika kita hanya mengharapkan cinta dengan romantisme sesaat, biasanya kita terjebak dalam kebutaan untuk melihat realitas sesungguhnya.
Padahal, melihat realita adalah satu hal yang paling penting di antara puluhan hal penting lainnya saat kita memutuskan patner for life kita. Sedangkan, agar dapat melihat realita maka kita harus bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu, yang dibuat-buat dan yang ditutup-tutupi.
Semakin mampu kita menggali "keaslian" siapa sesungguhnya jati diri calon partner hidup kita maka akan semakin besar kemungkinan terhindar dari "kebutaan" atas nama cinta dan pada akhirnya akan membawa kita pada keputusan apakah kekasih adalah pasangan yang tepat.
Butuh Bantuan Orang Lain
Untuk menghindari banyaknya airmata yang akan menetes jika kita salah memilih partner seumur hidup, maka konseling pra-nikah merupakan satu hal yang sangat sangat penting untuk dilakukan.
Konselor akan menuntun dan memediasi kedua orang yang akan memasuki pernikahan, untuk melihat dengan jelas siapa diri mereka. Lalu apa ekspektasi mereka dalam lembaga pernikahan, ekspektasi mereka terhadap pasangan, aturan main yang akan diterapkan dalam pernikahan nanti. Serta untuk membicarakan berbagai detail persiapan yang harus matang dibicarakan dan direncanakan sebelum menikah, yang diharapkan hanya terjadi satu kali dalam seumur hidup. Â Termasuk pembahasan penting dalam 3 area yaitu love, passion dan intimacy.
Salah memilih pendamping hidup tidak hanya akan menciptakan kesengsaraan bagi pihak yang menjalani ikatan tersebut tapi juga bagi generasi berikutnya, yaitu anak-anak. Bagi anak-anak korban perceraian, hal ini biasanya membawa dampak luka batin yang cukup parah dan akan terbawa bekasnya, hingga saat dewasa kelak dan membina keluarga mereka sendiri.
"Kerusakan" dan "luka" akibat salah memilih pasangan yang bisa berdampak ke beberapa generasi ke bawah ini, seharusnya dapat dicegah. Dengan pasangan yang tepat, dampak yang terjadi akan jauh berbeda bagi generasi berikut. Mereka lahir dan tumbuh dari keluarga yang orang tuanya rukun, saling mendukung, saling mencintai hingga maut memisahkan mereka. Inilah orang tua yang bisa menjadi role model bagi anak tersebut membangun masa depannya.
Mengakui Realitas yang Ada
Selain dapat membantu kita membedakan mana yang "asli" dan "palsu, sebelum memutuskan, melihat realita juga menjadi langkah penting dalam membina hubungan. Kita harus jujur pada diri kita sendiri, dan mampu melihat dan menerima pasangan kita apa adanya, dengan segala kebaikan dan keburukan. Baik sifat, karakter, temperamen, kebiasaan dalam diri. Â Dan kita meyakini bahwa di saat terburuk, kita akan tetap mencintainya dengan kadar cinta yang sama dengan di saat yang terbaik.
Caranya, sejak awal menjalin relasi dengan seseorang yang kita anggap dapat menjadi partner seumur hidup, bersikaplah jujur dan apa adanya. Semakin menjadi diri kita sendiri, maka proses berpacaran hingga sampai pada proses meyakini bahwa dialah pasangan yang tepat, menjadi lebih mudah dan lancar.