Dalam kasus di atas, gunjingan ibu dan kakak tentang suami yang tidak melakukan apapun, membuat istri menjadi serba salah. Pertanyaannya sekarang adalah apakah sebagai istri Anda merasa keberatan dengan sikap suami yang tidak mau berbagi tugas rumah tangga? Jika jawaban Anda tidak keberatan, dan Anda merasa nyaman-nyaman saja, maka, sebenarnya tidak ada masalah dengan relasi Anda dan suami. Hanya saja ada orang luar melihat berbeda. Namun perlu diingat bahwa keluarga Anda adalah Anda yang menjalani. Jadi, keputusan seharusnya hanya melibatkan Anda dan suami, bukan keluarga lain.
Tapi jika Anda juga merasa mulai kewalahan dengan tugas-tugas rumah tangga dan membutuhkan bantuan suami, sampaikan hal tersebut secara langsung pada pasangan. Sampaikan bahwa Anda sudah mulai merasa kelelahan dengan tugas rumah. Dengan komunikasi yang baik, tentunya suami akan memahami kondisi istrinya. Dengan demikian, Anda berdua bisa membagi tugas.
Jika ternyata komunikasi tersebut tidak lancar, dan suami tidak juga ingin menolong meringankan pekerjaan Anda, maka tidak ada salahnya Anda datang ke Konselor Pernikahan untuk memecahkan masalah yang ada. Tentu akan aneh jika Anda tidak pernah mengeluh sebelumnya kepada suami lalu tiba-tiba mengajak suami ke Konselor,
Soal omongan keluarga tentang suami, Anda juga tidak perlu terlibat "perang mulut" Â dan "sibuk" untuk meyakinkan mereka bahwa apa yang dilakukan suami tidak ada yang salah. Tapi Anda harus ingat, selama Anda masih tinggal bersama keluarga, maka Anda akan menemukan hal-hal seperti ini. Dan tentu saja walau dibiarkan, jika ini terjadi terus-menerus akan juga melelahkan.Â
Jika hubungan Anda dekat, maka bisa memberi penjelasan pada orang tua atau kakak untuk menghormati batasan. Bahwa keluarga Anda adalah tanggungjawab Anda dan suami yang menatanya dan meminta mereka dengan sopan untuk tidak perlu ikut campur dengan komentar tidak nyaman yang melebihi batas "teritori" mereka.
Begitu pula dengan ketidaknyamanan suami karena kakak Anda memelihara anjing. Selama suami, istilahnya masih 'nebeng', di rumah keluarga mertua, maka ia tidak punya hak untuk komplain. Dan jika ketidaknyamanan sudah tidak dapat ditoleransi, tentu harus dipikirkan untuk segera mencari tempat tinggal sendiri, karena memang sudah seharusnya seperti itu.
Berbagai masalah akan timbul jika kita masih tinggal satu atap dengan keluarga besar. Sehingga konsep berumahtangga yang benar memang haruslah mandiri. Pria dan Wanita bersatu dalam lembaga pernikahan dan membangun rumah tangga mereka menjadi suatu entitas yang mandiri. Sehingga akan tercipta rumah tangga yang sehat dimana si Suami bisa bertindak dengan perannya sebagai pemimpin rumah tangga dan bersama dengan pendampingnya, sang Istri, bersama mereka menerapkan value-value yang mereka setujui dalam membangun rumah tangga yang harmonis dan bahagia.
Salam Sejahtera,
Elly Nagasaputra, MK, CHt
Marriage Counselor & Hypnotherapist