Walaupun keluarga, terutama keluarga muda masih sangat memerlukan kecukupan ekonomi, penting untuk diingat bahwa money is not everything. Untuk membina relasi yang sehat dengan pasangan, sangat diperlukan kedekatan tidak hanya emosi juga fisik. Komunikasi jarak jauh dengan teknologi bagaimanapun ada keterbatasannya. Apalagi peran seorang ayah untuk menjadi teladan dan panutan bagi anak-anaknya. Akan sangat sulit seorang ayah untuk dapat memiliki kedekatan emosional dengan anak dan dapat menjadi teladan yang baik jika anak hanya melihat ayahnya beberapa bulan dalam setahun. Â Sehingga tentu saja, banyak prioritas hidup yang akan terabaikan ketika hendak membina suatu pernikahan via jarak jauh untuk rentang waktu yang lama. Â
Pernikahan jarak jauh dalam rentang waktu yang lama akan berpotensi membuat pernikahan jadi keropos. Akan timbul rasa kesepian baik bagi suami maupun istri. Sehingga juga akan timbul potensi ketidaksetiaan. Belum lagi kaitan dengan peran ayah dan kebutuhan anak akan tokoh ayahnya. Sang ayah akan sangat kehilangan golden age dan golden moment dalam masa tumbuh kembang anak. Di masa-masa golden age ini, jika si ayah hanya bisa  bertemu 2-3 minggu dalam beberapa bulan, maka akan sangat sulit menjalankan perannya untuk dapat menanamkan pendidikan-pendidikan mental dan moral yang penting untuk anak. Karena dalam mendidik, jelas kuantitas waktu dan keteladanan sangat diperlukan.
Sehingga pikirkanlah baik-baik jika hendak mengambil keputusan untuk long distance marriage karena akan ada banyak resiko yang harus diantisipasi oleh sang suami dan istri. Dan yang terpenting juga untuk tidak melupakan apa tujuan pernikahan tersebut dibangun. Karena mencari nafkah tentu penting, tapi ada banyak juga hal penting yang harus lebih diprioritaskan dari hanya sekadar mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
Salam Sejahtera,
Elly Nagasaputra, MK, CHt
Marriage Counselor & Hypnotherapist
www.klinikhipnoterapijakarta.com
- healing hearts -- changing life -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H